Jumat, 05 Agustus 2016

Angkutan Dari Padang Bai Ke Gilimanuk

Bus rute Gilimanuk - Padangbai dan sebaliknya


Bagi yang sering bepergian dengan cara backpacker seperti saya, Indonesia bagian tengah dan timur tentu merupakan salah satu destinasi yang wajib ditelusuri. Khususnya daerah Lombok dan Sumbawa.

Prinsip bepergian dengan cara backpacker adalah bagaimana mencapai daerah tujuan dengan biaya yang semurah-murahnya.
Salah satu jalur transportasi pilihan para backpacker yang akan menuju Lombok dari Bali atau sebaliknya adalah lintas Pelabuhan (menggunakan kapal ferry). 

Tak salah memang jika para backpacker memilih moda transportasi ini karena memang sangat murah.
Umumnya, backpacker yang akan memilih jalur transportasi ini akan terkendala di angkutan dari Gilimanuk ke Padangbai atau sebaliknya. Karena alasan itulah penulis mencoba berbagi informasi untuk mempermudah akses.

Jadwal :

Angkutan dari Gilimanuk yang langsung menuju Padangbai jalan setiap selepas tengah malam, kurang lebih pukul 00.30. Angkutan ini berupa bus 3/4. Biasanya ngetem di dekat terminal Gilimanuk. Bisa memuat 30 orang dengan tarif Rp.50.000 - Rp.60.000/orang. Jadi pastikan teman-teman backpacker menyesuaikan jadwal kedatangan di Gilimanuk sekitar waktu tersebut. Karena frekuensi pemberangkatannya hanya satu kali. 

Sekedar note dari saya, jangan menerima tawaran calo untuk naik bus saat kalian masih berada di dalam feri, selain bisa kena oper transfer di Ubung, kalian juga bisa ditembak harga tinggi.

Angkutan dari Padangbai yang menuju Gilimanuk adalah bus yang sama yang berangkat dari Gilimanuk tengah malam tadi. Biasanya bus tiba di Padangbai sekira pukul 6.30-7.00 WITA. Transit sebentar lalu kembali menuju Gilimanuk. Satu hal yang sering jadi kendala para backpacker saat akan menuju Gilimanuk adalah keberadaan para calo yang sangat dominan dan "berkuasa" di area pelabuhan. 

Biasanya, saat calo melihat ada rombongan tiba dari Lombok, mereka akan segera menghampiri untuk menawarkan jasa mobil sewaan. Mereka selalu berkilah mereka bukan calo, tapi resmi dari suatu badan atau koperasi. Jangan percaya ya guys!
Jadi jika kalian mau tetap naik bus langsung ke Gilimanuk tunggu saja, pukul 6.30-7.00 pagi bus pasti datang. Sama seperti di atas, bus langsung ini frekuensi keberangkatannya hanya satu kali setiap pagi. Pastikan kalian tidak ketinggalan. 

Kalau calo bertanya berapa tarif ke Gilimanuk, jawab saja Rp.60.000,-/org., jangan terbujuk untuk naik mobil sewaan karena biasanya kalian hanya akan di antar ke Ubung Denpasar. Dan jangan ladeni pembicaraan lebih banyak dengan calo-calo itu.

Sebenarnya yang paling disusahkan dari ulah calo-calo ini adalah armada bus yg kita naiki. Karena calo pasti akan "mengambil" jatah 50% lebih dari tarif yang kita sebutkan tadi (Rp.60.000). Jadi bersihnya bus hanya menerima Rp.30.000/org. Parah!! Ini yg terjadi saat saya kesana bulan Agustus lalu. Memang kita tidak dirugikan, tp bus nya yg rugi...kasian.
Kalau mau aman dari calo, akan lebih mudah jika kalian adalah tim kecil 2-3 orang. Begitu keluar dari Pelabuhan Padangbai, kalian naik angkot warna orange tua dengan tarif Rp.5.000/org. Minta turun di pertigaan SD. Nah, nanti kalian tinggal tunggu bus nya disitu. Yang penting kalian tahu jadwal kedatangan bus nya jam berapa.

Demikian sekilas info...semoga bermanfaat.

Note :
Foto adalah bus Bahagia yang penulis maksud yang melayani rute Gilimanuk - Padangbai langsung atau sebaliknya.

Senin, 18 Juli 2016

JELATANG

Teman-teman yang pernah mendaki Gn.Argopuro atau tempat lainnya dan pernah bertemu dengan daun ini tentu tidak akan mau berurusan apalagi sampai bersentuhan langsung. Ya, tanaman yang di kenal dengan nama lokal Jancukan (Jawa) atau daun fulus (Sunda) atau nama umumnya Jelatang ini memang sudah telanjur di cap sebagai "musuh" oleh pendaki mengingat efeknya terhadap kulit jika tersentuh.

Saya pun termasuk yang cari aman dari daun ini. Tapi sepertinya pemikiran seperti itu harus mulai dipertimbangkan untuk di ubah, SEBAB ternyata khasiatnya yang luar biasa, mampu menghilangkan pegal linu akibat aktivitas berat seperti mendaki kurang dari 15 menit. Suku-suku di pedalaman Papua sudah membuktikannya. Jelatang, atau yang populer dengan sebutan daun gatal adalah andalan dan rahasia mereka kuat berjalan jauh dan membawa beban berat.
Kenapa bisa begitu ya??!

Penjelasan ilmiahnya begini, ternyata daun penebar teror ini mempunyai kandungan kimiawi seperti Monoridine, Tryptophan, Histidine, Alkaloid, Flavonoid, Asam Formiat dan Authraguinones. Dari zat-zat tersebut yang menimbulkan efek panas dan gatal adalah Asam Formiat-nya. Meskipun menimbulkan panas dan gatal, tetapi juga sekaligus melebarkan pori-pori kulit sehingga aliran darah lebih lancar dan oksigen bersirkulasi dengan baik, makanya pegel linu cepat hilang. Cara pakainya juga sederhana, cukup menggosokkan bagian daun yang berduri ke bagian tubuh yang pegal (suku di Papua menggosokkan ke seluruh tubuh) lalu tahan panas gatalnya selama 10 menit, biarkan kulit menjadi bentol-bentol merah. Setelahnya pegal linu pun hilang tak berbekas...ajaib bukan?

Berani mencoba??

Rabu, 22 Juni 2016

SAFETY KLIEN - Antara Slogan dan Realita

Maraknya jasa trip organizer kegiatan outdoor bbrp waktu belakangan, khususnya mendaki gunung,  menunjukkan bahwa kegiatan outdoor benar-benar telah menjadi lifestyle di kalangan masyarakat kelas menengah atas. Belum kekinian kalau belum pernah naik gunung.

Bak jamur di musim hujan, pertumbuhan peminat kegiatan mendaki semakin tinggi dengan semakin seringnya di selenggarakan event-event outdoor festival, dimana para distributor dan penjual peralatan saling memperkenalkan produk andalannya dengan harga sangat terjangkau. Di iming-iming potongan harga dan bonus ini itu, kehadiran even-even tersebut tak ubahnya magnet bagi penggiatnya.

Lalu setelah masing-masing individu memiliki alat, tentu langkah selanjutnya adalah segera mengujinya dengan terjun ke alam bebas. Setiap individu mempunyai pilihan cara yang berbeda. Ada yang memilih bertualang bersama rekan-rekan dekatnya yang se-hobi, ada yang mencari rekan via sosmed dan ada pula yang mencari penyedia jasa trip organizer (TO).

Khusus bagi pencari penyedia jasa trip yang sudah berpengalaman, biasanya mereka melihat konten apa saja yang di perolehnya jika memilih TO tertentu. Di sesuaikan dengan budget-nya. Siapa TO nya dan sudah seberapa berpengalaman.
Itu bagi yang sudah terbiasa.

Persoalan lalu muncul saat begitu banyaknya nubie-nubie yang masih awam yang haus pemuasan petualangan. Bertemu dengan TO-TO oportunis, yang bekerja kilat demi mengejar momen, meng-klaim diri profesional, safety tapi kenyataannya sangat jauh dari harapan.

Pada titik inilah TS merasa prihatin. Sebagai praktisi trip, TS melihat tingkat keberanian para TO oportunis ini sudah menjurus ke arah nekat dan bisa membahayakan klien. Hanya berbekal "merasa" kenal dengan kondisi suatu gunung, kemampuan fisik yang oke serta peralatan "yang di rasa" cukup, mereka berani meng-klaim diri profesional dan safety.

Bagi yang nubie atau awam mungkin tidak akan berpikir panjang untuk menjatuhkan pilihan siapa TO yang akan di pakainya, selama itu murah. Ya, murah adalah alasan utama nubie atau awam menjatuhkan pillihan. Tidak ada yang salah memang dengan yang murah selama segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Tapi menjadi sangat salah dan berbahaya jika terjadi hal-hal di luar kontrol manusia.

Contoh saja, bagaimana bisa TO meng-klaim diri profesional dan safety jika margin yang dia ambil hanya 100-200rb per klien dengan jumlah klien 5-6 orang sekali jalan?? Bayangkan, TO hanya mengantongi margin kotor 1-1,2jt untuk durasi kerja rata-rata 2-3 hari, per hari 9-12 jam. 400-600rb/hari !!
Nominal itu harus di potong kebutuhan transport TO, membawa peralatan tim, logistik, menyewa porter DAN MENANGGUNG KESELAMATAN KLIEN!
Lalu berapa hasil bersih TO??
Apakah TO-TO oportunis seperti itu pernah berpikir kemungkinan terburuk yang bisa terjadi saat kegiatan berlangsung?! Dan apakah klien juga berpikir sampai sejauh itu, kenapa keselamatan dirinya ternyata di hargai sangat murah.

Teman, secara logika saja, saat TO di bayar oleh klien untuk menjadi guide, tugas real-nya lebih dari sekedar guide. TO harus bisa menjadi guard (penjaga), rescuer, manajer dan profesional. Ini satu persoalan untuk di pikirkan, margin kotor 1-1,2jt apa cukup untuk menyewa tim rescue jika terjadi kecelakaan saat kegiatan? Tolong renungkan. Bahkan mungkin untuk mengganti beban tenaga dan pikiran TO saja belum cukup. Itu baru satu hal saja, biaya sewa tim rescue, belum yang lainnya.
Setiap TO harus lebih berhati-hati dalam membuat klaim profesional dan safety. Ada konsekuensi dan tanggung jawab besar di balik slogan itu. Jangan karena alasan kebutuhan kita mengabaikannya. Jangan karena mengejar momen kita menepikan hak klien. Trip yang sehat itu sangat memperhatikan kelanjutan hubungan antara klien dengan TO-nya.

Tahukah alasan kenapa tidak ada satu pun perusahaan asuransi mau terlibat di kegiatan outdoor seperti mendaki?? Karena mereka tahu begitu besar resiko yang harus di tanggung jika terjadi klaim atas kecelakaan.
Sekelas perusahaan saja tidak ambil resiko, jadi sebaiknya TO banyak melakukan kajian untuk menekan kemungkinan terjadi hal yang tidak di inginkan dan langkah-langkah preventif-nya.

Sebagai penyedia jasa, TO harus benar-benar memahami bahwa satu-satunya hal yang dia jual adalah SAFETY KLIEN, bukan hal lain. Keindahan alam, proses trip dan lokasi tujuan adalah pelengkap saja. Dengan pemahaman yang baik, dengan sendirinya, mau tidak mau, TO akan membekali diri dengan kemampuan manajerial yang mumpuni.

Dengan begitu banyaknya tugas dan kewajiban TO, maka sangat tidak mungkin bekerja secara perorangan, karena yang di sebut TO adalah suatu tim / badan yang memiliki struktur kerja yang jelas dan mengutamakan hak-hak klien.

Di sisi lain, Klien pun harus cerdas, pandai-pandai memilah dan memilih, jangan sampai tertipu atau tidak terjaga keselamatannya hanya karena tergiur harga murah. Perlu di ingat setinggi apapun gunung yang di tuju, sejauh apapun lokasi yang di buru, kalian tetap harus kembali pulang ke rumah dengan selamat.

Akan terus bermunculan TO-TO baru, berbanding lurus dengan bertumbuhnya jumlah para penggiat kegiatan outdoor. Persaingan selalu terjadi, lumrah saja. TS harapkan jagalah safety klien tidak hanya sampai di slogan saja. Mari kita sama-sama menjaga iklim outdoor di Indonesia tetap baik dan sehat agar hubungan antara TO dan klien terjalin secara berkelanjutan.

Regards,

Jumat, 10 Juni 2016

Curug Orok

Curug Orok yang masih asri

Curug Orok merupakan potensi wisata air terjun di kabupaten Bogor yang masih jauh dari sentuhan profesional. Hanya di kenal dari "iklan" mulut ke mulut.
Terletak di Desa Cipelang, di kaki gunung Salak 4. Desa Cipelang sendiri mungkin masih asing di telinga warga Bogor, tapi jika di sebut Kampung Sukhoi ada kemungkinan banyak warga yang familiar. Ya, desa ini lebih terkenal dengan julukan Kampung Sukhoi karena menjadi pusat kegiatan evakuasi kecelakaan pesawat komersil Sukhoi beberapa tahun silam. 

Kunjungan saya ke Curug ini bisa di bilang tak sengaja dan tak terencana. Awalnya hanya menghadiri acara kemping ceria di Camp Ground Cihideung untuk memperingati Milad Komunitas Pendaki Kantoran (KPK) Korwil Bogor. Pagi hari setelah acara kemping selesai beberapa teman melanjutkan eksplorasi Curug Orok.

Kami masih harus berjalan sekitar 1 jam dari lokasi kemping untuk bisa mencapainya. Jalurnya setapak rumput dan ilalang, sesekali menyusuri sawah dan perkebunan warga. Jalur ini merupakan jalur yang sama jika ingin menuju puncak Salak 4.

Jalurnya sangat khas Gunung Salak, tanah licin, lembab dan berubah menjadi lumpur saat terguyur hujan.

Tiba di Curug, tanpa membuang waktu dan membuka baju saya langsung membasahi diri....sueeger banget...anggap aja mandi pagi tapi tanpa sikat gigi.
Kondisi Curug yang masih relatif terisolir membuatnya masih cukup bersih dan asri dari sentuhan tangan-tangan jahil.

Senangnya bisa nemu tempat bermain yang masih alami....dan sepi.

Sampai ketemu di perjalanan berikutnya ya. :)

Salah satu spot yg licin


Santai menikmati pagi di camp ground

Hitung2 mandi pagi lah

Bersama kawan2 KPK

Natural view...sejuk

Sejuk...sejuk...

Menanti sunrise di camp ground

View kota Bogor di malam hari

Deretan tenda kami

Beautiful night

Nikmatnya....seruput dulu kopinya

Tim kami KPK Korwil Bogor

Jangan lupa menyantuni anak yatim 

Adakah Kaitan Meningkatnya Aktivitas Gunung Api Pasca Terjadi Gempa

Kaldera Aktif Gunung Raung

Seringkali terjadi peningkatan status pada gunung api aktif pasca terjadinya sebuah gempa. Umumnya fenomena ini banyak ditemui di wilayah-wilayah dimana terdapat formasi sabuk gunung api, seperti dinegara kita Indonesia.

Lalu apa hubungan antara gempa yang terjadi dengan aktivitas gunung api aktif?

Untuk menjawabnya, tentu kita harus mempelajari  dan memahami kondisi tektonik regional  serta konsep hubungan stres-strain pasca gempa bumi hingga terbentuknya tekanan di dapur magma.

Jika contohnya di Indonesia, meningkatnya aktivitas gunung api aktif nyaris selalu di pengaruhi gempa tektonik. Indonesia dikenal memiliki rangkaian gunung api aktif  yang membentuk formasi seperti sabuk dari Sabang sampai Merauke. Populer juga dengan sebutan "Ring Of Fire".

Sebagai contohnya adalah Gunung Kerinci. Kerinci terletak di zona Cesar Sumatera dan dekat dengan zona subduksi lempeng. Karena terletak di zona tektonik aktif, maka secara geologis, terbentuknya Gunung Kerinci tidak lepas dari proses tektonovolkanik di zona ini.

Akibatnya adalah kondisi fisiografi, seismisitas dan vulkanisme didaerah sekitar Gunung Kerinci sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan Lempeng Indo Australia dengan Lempeng Eurasia.
Kondisi seperti ini menjadikan zona barat Sumatera sebagai salah satu kawasan dengan tingkat aktivitas kegempaan  dan gunung api yang tinggi di Indonesia. Jika aktivitas gunung api sebagai bagian dari rangkaian aktivitas subduksi lempeng, maka meningkatnya aktivitas Gunung Kerinci tidak bisa lepas dari aktivitas seismik dan dinamika tektonik regionalnya.

Jika kita amati lebih seksama peta sebaran gunung api di Indonesia, khususnya jalur Sumatera, tampak bahwa seluruh jalur gunung api letaknya berdampingan dengan jalur gempa bumi. Pada banyak kasus erupsi gunung api aktif di dunia menunjukkan bahwa pasca gempa bumi berintensitas kuat memang banyak terjadi erupsi gunung api.

Berdasarkan penelitian Eggert dan Walter dalam mempelajari hubungan antara aktivitas gempa bumi dan erupsi gunung api aktif menghasilkan kesimpulan bahwa aktivitas erupsi gunung api lebih sering terjadi pada gunung api yang terletak di zona seismik aktif. Secara tektonovolkanik, gempa bumi kuat memang dapat mengaktifkan erupsi gunung api.

Aktifnya gunung api aktif berkaitan dengan dinamika tektonik disekitar kantung magma. Dalam hal ini peristiwa gempa bumi besar dapat memicu aliran magma ke dalam kantung magma.

Akumulasi tegangan litosfir yang berlangsung disekitar gunung api juga dapat memicu erupsi gunung api. Dalam hal ini stres-strain akibat gempa bumi kuat mampu menekan kumpulan magma.

Aktifnya gunung api dapat dimulai ketika berlangsung induksi perambatan stres-strain saat terjadi gempa bumi. Dalam hal ini gempa bumi kuat yang terjadi dekat gunung api dapat memicu naiknya magma dari dalam bumi ke kantung magma.

Teori lainnya menjelaskan bahwa aktivitas gempa bumi dekat gunung api aktif mampu mengubah tekanan gas dapur magma. Fenomena ini dapat dianalogikan seperti sebuah botol minuman soda yang dikocok hingga timbul gelembung-gelembung gas yang kemudian bergerak naik, selanjutnya menekan dan melepaskan  sumbatan hingga terjadi letupan keras.

Kamis, 19 Mei 2016

River Tubing di Cikaniki

River Tubing

Cikaniki adalah nama aliran salah satu sungai yang membelah hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sekaligus menjadi nama resort balainya. Terletak di tengah rimba, resort Cikaniki dapat di akses melalui dua arah yaitu, Sukabumi (Parung Kuda) dan Jasinga Bogor (Nanggung). Untuk menuju kesini belum ada angkutan reguler yang bisa melayani setiap saat sehingga kendaraan pribadi adalah pilihan yang paling tepat jika tidak mau di bilang satu-satunya pilihan.

Umumnya pengunjung yang datang lebih banyak melalui jalur Nanggung Jasinga, sehingga kebanyakan bermalam di desa wisata Citalahab yang letaknya dua kilometer sebelum Resort Cikaniki. Di desa Citalahab memang banyak penginapan atau guest house berupa rumah warga yang disewakan. Tarifnya sangat terjangkau dan pelayanannya cukup baik meski masih tradisional.

Saya sendiri, setiap berkunjung ke Cikaniki, pergi selalu melalui rute Sukabumi sebab lebih nyaman (menurut saya lho ya). Dari Bogor jika tidak macet hanya memakan waktu 1,5 jam saja untuk mencapai pertigaan Parung Kuda / Parakan Salak. Tapi kalau kena macet (umumnya menjelang siang hingga sore) bisa lebih dari 3 jam. Jadi disarankan untuk berangkat pagi sebelum jam 7 jika hendak melalui jalur Sukabumi. Biasanya, saya dan teman-teman akan berhenti sejenak di pasar di Parung Kuda untuk mengisi perut dan berbelanja logistik karena kita tidak akan menjumpai warung atau sejenisnya satu jam sebelum dan sesudah resort.

Dari Parung Kuda masih diperlukan waktu sekitar 2-3 jam (tergantung kelihaian supir) untuk mencapai lokasi resort. Semakin ke pedalaman jalan semakin kecil. Berkelok-kelok terkadang sangat tajam. Meski banyak sekali percabangan tapi jangan khawatir nyaris di setiap cabang itu terdapat papan penunjuk arah untuk menuju Cikaniki.


Pemandangan awal satu jam menjelang resort

Gerbang masuk TNGHS

Saat mobil sudah berada di atas jalan berbatu dan sedikit tanah becek, itu tandanya sekitar satu jam lagi kita akan tiba di lokasi tujuan. Semakin ke dalam semakin rusak jalannya. Tidak disarankan menuju lokasi menggunakan mobil sedan atau mobil-mobil yang di modifikasi ceper, dijamin gardannya akan nyangkut. Satu jam terakhir, kita menyusuri hutan tropis khas Gunung Halimun Salak. Pohon-pohon berdiameter besar menjulang tinggi menghalangi cahaya matahari sehingga suasana lembabnya sangat terasa. Di antara pepohonan terkadang terlihat Owa ataupun Surili melintas. Suasana semakin syahdu saat orkestra alam dari kicauan burung yang berpadu dengan kerik tonggeret terdengar sangat kencang di keheningan rimba.

Bersih dan jernihnya aliran air Cikaniki


Di kesempatan ini saya bersama-sama teman dari Kutu Gunung Indonesia (KGI) datang untuk membuka jalur river tubing di Cikaniki. Pada kunjungan sebelumnya saya sempat observasi kondisi lapangan di sekitar resort dan menurut saya sungai Cikaniki ini cocok untuk river tubing. River tubing sendiri adalah kegiatan outdoor hasil pengembangan olah raga arung jeram alias rafting. Bedanya, pada river tubing tidak menggunakan perahu karet melainkan ban dalam truk yang sedikit di modifikasi.

Ruang tamu resort

Papan pilihan destinasi di depan resort

Kamar di resort

Resort Cikaniki berupa rumah panggung

Aula untuk paket hemat

Saat kami tiba hari itu, sudah menjelang sore. Kami terjebak kemacetan long weekend yg luar biasa. Akhirnya kami sepakat untuk memulai kegiatan buka jalur river tubing esok hari saja karena cuaca sudah mulai gelap. Kami beristirahat di aula resort yang biaya sewanya murah. Disini memang terdapat 5 kamar yang cukup bagus dengan tarif sewa dua ratus lima puluh ribu per malam. Satu kamar berisi 4 ranjang. Sedangkan jika menyewa aula seperti kami tarifnya seratus lima puluh ribu per malam. Tidur beralaskan matras dan sleeping bag (membawa sendiri). Aula ini bisa di isi lebih dari dua puluh orang...paket hemat brooo...hehe.

Olah Rasa dengan Memanah

Masih berolah rasa

Menuju titik awal di bawah Kanopi Trail

Esok paginya, kami menyiapkan bekal dan sarapan. Maklum kami akan seharian berada di air yang tentunya akan banyak menguras tenaga. Setelah olah rasa sejenak dengan memanah, dan mengecek peralatan yang akan di bawa, kami pun mulai berjalan ke dalam hutan ke arah Kanopi Trail yang sudah rusak, rencananya kami akan menjadikan lokasi Kanopi Trail sebagai titik awal river tubing. Di Cikaniki ini memang ada Kanopi Trail yang sebenarnya sangat bagus dan panjang, namun sayang sudah tidak bisa digunakan karena rubuh tertimpa pohon tumbang. Kanopi Trail adalah jembatan pandang yang terhubung dari pohon ke pohon yang letaknya sekitar 15-20 meter diatas tanah.

Salah satu keistimewaan area di sekitar kanopi ini adalah terdapat fluorescent mushroom a.k.a jamur bercahaya di malam hari. Memang ukuran jamurnya tidak besar namun cukup menarik karena hanya ada dua lokasi yang menjadi habitat tumbuhnya, selain di sini yaitu di hutan negara Brazil.

Gotong Royong membuka jalur

Berjuang menggeser bebatuan besar

Matahari masih belum naik penuh saat kami mulai turun dan berbasah-basah ria. Bergotong royong menggeser bebatuan untuk mendapatkan aliran air yang kami inginkan. Terkadang beberapa batu yang besar kami ikat dulu dengan webbing lalu kami tarik beramai-ramai agar bergeser. Pepohonan yang melintang besar ataupun kecil juga kami singkirkan agar jalur menjadi bersih dan tentunya aman. Keamanan atau safety adalah harga mati yang menjadi standar kami tim KGI dalam beraktivitas di outdoor. Hal ini kami jaga betul, bahkan dalam proses membuka jalur ini pun masing-masing personil tetap membekali diri dengan peralatan safety yang memadai.

Observasi penentuan arah lintasan

Setiap beberapa meter lintasan yang kami buat, kami uji coba berulang-ulang. Ada yang bertugas menjadi jangkar yaitu penguji pertama, ada yang bertugas mengecek dengan teliti kemungkinan kerasnya impact atau benturan yang mungkin terjadi, ada yang bertugas menguji jalur dengan tubing-nya, ada yang men-sweeper dan ada yang mendokumentasi. Bahkan durasi perjalanan pun kami catat dengan detail. Semua itu semata demi mendapatkan safety. Jadi kegiatan membuka jalur ini tidak serta merta kami lakukan tanpa langkah-langkah yang benar. Semua terstruktur dan bertahap.

Menguji coba jalur

Setelah enam jam berjibaku, akhirnya tim memutuskan untuk break dan menyudahi kegiatan. Tepat di atas sebuah jeram yang cukup tinggi dan sedikit mustahil untuk kami lewati dengan tubing. Setelah enam jam kami berhasil membuat jalur kurang lebih sepanjang 800-1000 meter dengan durasi perjalanan satu jam. Kami beristirahat sejenak untuk mengisi perut dan membuat minuman hangat. Sambil beristirahat kami berdiskusi tentang hal-hal yang tadi kami lakukan. Menentukan di point-point mana harus ada guide yang bersiaga dan berjaga.

You'll scream out at Jeram Bahagia

Ada kepuasan yang tidak bisa di gambarkan saat tim kami berhasil membuka jalur rintisan river tubing di lokasi ini. KGI menjadi tim pertama yang bermain disini. Kami pun memberi nama-nama jeram di sepanjang lintasan tubing berdasarkan kondisi alam dan sensasinya, beberapa diantaranya ada Jeram Gesrek, kami beri nama demikian karena tubing yang digunakan akan sedikit bergesekan dengan dasar sungai. Ada juga Jeram Bahagia, karena saat pemain melintasinya pasti akan berteriak. Ada pula Jeram Panjang, jeram ini sesuai dengan namanya adalah jeram terpanjang yang ada di lintasan.

Nampak belakang Jeram Panjang

Curug Macan yang berada di lokasi Cikaniki

Sebelum pulang kami beruji coba sekali lagi tubing di lintasan yang baru saja kami buka. Harapan kami dari tim KGI, jalur rintisan ini bisa menjadi obyek wisata baru di Resort Cikaniki. Bisa menjadi tambahan pendapatan bagi warga di hulu sungai dan menjadi nilai tambah bagi pihak TNGHS Resort Cikaniki dalam wisata minat khususnya.

Sekian, Salam Hangat

Kutu Gunung Indonesia
Perfection Of Indonesian Adventure


Bagi yang berminat mencoba river tubing di Cikaniki berikut berwisata alam, bisa menghubungi saya via :

BBM Pin : 745565CE
Whatsapp : 0811 118 1225
Website : www.kutugunung.com




















Kamis, 10 Maret 2016

Air Terjun Tirta Kemantin

Perjalanan saya ke Tirta (air terjun) Kemantin awalnya sama sekali tidak terencana. Saat itu saya bersama seorang teman baru saja turun dari mendaki Gunung Raung. Kami tiba di basecamp pendakian lewat tengah hari. Karena tiket pulang masih esok hari, jadilah kami harus menginap di basecamp untuk satu malam lagi.

Sambil beristirahat kami ngobrol bertukar cerita. Di sela obrolan, guide pendakian kami menawarkan untuk jalan-jalan ke air terjun pengantin, karena opsi tawaran pertama untuk ke Ijen melihat blue fire terpaksa kami tolak akibat keterbatasan waktu. Setelah melihat masih ada cukup waktu, kami pun mengiyakan ajakan guide tersebut.

Singkatnya pukul 8.40, dengan menaiki dua motor, kami berangkat menuju lokasi. Motor melaju ke arah utara, arah yang sama dengan jalur pendakian Gunung Raung. Ternyata hanya memerlukan waktu lima menit untuk mencapai area parkir air terjun dari basecamp ibu Suto.

Kondisi area parkir masih seadanya, tidak ada pagar ataupun pembatas. Lahannya pun masih tanah. Setiap pengunjung yang datang di kenakan biaya Rp.2500,- untuk parkir dan Rp.2500,- untuk tiket masuk. Dari tempat parkir gemuruh suara air terjun sudah terdengar.

Tak sabar, saya dan Wilco pun segera mengikuti Arif dan Rijal (guide sekaligus kawan) berjalan turun menapaki anak tangga yang juga dari tanah. Teduh pepohonan yang menghijau membuat suasana semakin sejuk. Lima menit kemudian kami tiba di pelataran dasar area air terjun.

Terdapat bangunan shelter dari kayu. Ada juga lantai bekas bangunan yang sudah hilang atapnya. Bahkan ada juga kolam kecil tidak berair---mungkin tadinya diperuntukkan untuk anak kecil bermain. Air yang jatuh melimpaskan butiran-butiran halus serupa embun, menciptakan titik-titik air yang membasahi kulit.

Di musim penghujan seperti ini, debit air terjun memang sangatlah besar. Saya takjub memandangi, mata saya menyapu mulai dari kolam dasar hingga puncak aliran. Lidah air berlarian tiada henti. Aliran yang menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar. Keunikan air terjun ini adalah terdapat dua jalur aliran yang bersebelahan, seperti kembar. Mungkin inilah asal muasal penyebutan Tirta Kemantin, karena ada dua aliran, seperti berpasangan.

Air terjun ini, menurut keterangan guide kami, baru populer di kalangan masyarakat lokal saja. Padahal letaknya tidak begitu jauh dari kota (stasiun Kalibaru). Di luar berbagai macam keterbatasannya, saya sangat mengapresiasi usaha warga yang secara swadaya terus mengembangkan lokasi air terjun ini menjadi lokasi wisata bernilai jual tinggi.

Jika saja saya masih punya banyak waktu, mungkin saya akan mendirikan tenda dan berkemah disini, menikmati hingar deru airnya.  Meski keinginan berkemah tidak terlaksana tapi secara pribadi saya merasa beruntung bisa berkunjung kesini, menjadi saksi keindahannya yang sederhana. Semoga ke depannya keberadaan Air Terjun Tirta Kemantin ini tidak hanya menjadi sumber air saja, tetapi juga bisa menjadi penopang kehidupan ekonomi warga. Selalu terjaga kebersihan dan kelestariannya.