Sabtu, 12 April 2014

Saya Asma, Masih Bolehkah Naik Gunung?

Mendaki gunung identik dengan kegiatan yang sepertinya murni mengandalkan kekuatan fisik. Ga heran kalau persepsi kebanyakan orang seperti itu, sebab melihat tampilan fisik peralatan yang di sandangnya saja sudah seperti orang "pindah rumah". Memang benar kekuatan fisik berpengaruh terhadap keberhasilan pendakian tapi perlu diketahui fisik hanya berkontribusi 50-60%. 40% sisanya ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang mumpuni tentang kegiatan alam bebas (baca: kemampuan manajemen).
.
Fisik sehebat 'Hercules' sekalipun akan tumbang jika tidak di dukung manajemen pendakian yang baik. Buktinya, persentase korban di kegiatan alam bebas dominan mereka-mereka yang berfisik oke.
.
Lalu ketika ada yang bertanya apakah seorang penderita Asma boleh mendaki gunung atau tidak, maka jawaban saya pasti boleh. Bukan tanpa sebab dan alasan saya membolehkan. Walau bukan profesional, saya sudah cukup sering membawa orang dengan karakter dan 'penyakit' yang beragam. Mulai dari yang bilang terus terang punya penyakit sampai yang sengaja menyembunyikan karena takut di anggap lemah atau malas jadi bahan ejekan. Kalaupun ada pengecualian (jika saya tau) mungkin hanya seseorang dengan penyakit liver yang akan saya larang ikut naik.
.
Well, apapun itu yang jelas saya hampir tidak pernah melarang orang-orang dengan penyakit asma untuk ikut berpetualang di alam bebas selama yang bersangkutan mau mengikuti prosedur-prosedur yang saya tetapkan.
.
Beberapa prosedur baku yang saya terapkan bagi penderita asma yang akan mengikuti kegiatan di alam bebas antara lain : 

1. Memastikan yang bersangkutan dalam kondisi fisik yang baik di luar sakit asmanya.
2. Memastikan bahwa yang bersangkutan membawa obat untuk penanganan awal jika asmanya kambuh.
3. Memastikan bahwa yang bersangkutan membawa jaket dan pakaian penghangat yang memadai serta sleeping bag.
4. Menempatkan penderita asma di tengah rombongan termasuk saat melakukan pendakian untuk memudahkan kontrol kondisi.
5. Tidak membolehkan penderita asma membawa beban lebih dari 10kg.
6. Bagi anggota team yang lain harus menjaga kondisi psikologis penderita asma selalu tenang, tidak tertekan dan santai, sebab asma mudah kambuh justru bukan karena kelelahan melainkan karena stress.
7. Pastikan saat pendakian berlangsung penderita asma tidak kedinginan. Udara dingin saat mendaki gunung memang tidak bisa dihindari, tapi selama dingin yang dirasa adalah dingin normal dalam arti bukan sakit karena kedinginan maka tidak akan menjadi masalah bagi penderita asma.
8. Persiapkan tabung oksigen kecil berikut alat pendukungnya untuk kondisi darurat.
       
Jika point-point diatas di patuhi dan dijaga maka sangat kecil kemungkinan penderita asma akan bermasalah dengan penyakitnya saat melakukan pendakian. 
.
Demikian semoga tulisan ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan meyakinkan penderita asma agar tidak ragu untuk ikut berkegiatan di alam bebas. Sebab siapapun berhak menikmati keindahan alam ini.

4 komentar:

  1. Artikel sangat membatu, udah lama pgen bgt naik tpi g pernah berani krna takut kmbuh n nyusahin team doang, skrg jadi agak pede hehe. Nice info btw

    BalasHapus
  2. Artikel sangat membatu, udah lama pgen bgt naik tpi g pernah berani krna takut kmbuh n nyusahin team doang, skrg jadi agak pede hehe. Nice info btw

    BalasHapus
  3. Smg bermanfaat :).
    Sebaiknya kamu jg mengecek dl kapasitas leader team nya, jgn sampe bergabung di team yg salah. Team yg salah itu berisi org2 yg mengutamakan ego. Jd point nya, kenali dl dg baik karakter org2 yg akan jd tmn mendaki kamu.

    BalasHapus