Minggu, 22 Maret 2015

Pesona Manglayang 1818mdpl

Setiap kali saya berkesempatan berkunjung ke rumah tante saya di Villa Pajajaran Permai, Cileunyi, Bandung Utara. Saya pasti banyak menghabiskan waktu di lantai 2 rumahnya, terutama di balkonnya. Sebenarnya tidak ada yang istimewa di komplek perumahan ini, kecuali letaknya yang berada di dataran tinggi Bandung (Bandung Highland) dan adanya the most interest thing that i always love....yup, persis di sebelah utara rumah tante saya berdiri gagah Gunung Manglayang 1818 mdpl. Dari balkon ini sejak bertahun-tahun lalu saya selalu memandanginya.
Gunung ini memiliki beberapa jalur pendakian, antara lain Batu Kuda dan Baru Beureum. Nah, dari rumah tante saya ini Basecamp Manglayang jalur Batu Kuda hanya 3-4km saja.

Manglayang merupakan satu dari sekian banyak gunung "kentang" (kena tanggung) yang ada di Bandung. Beberapa gunung kentang lainnya yaitu Rakutak, Burangrang dan Parang. Dari Jakarta akan lebih mudah di capai melalui jalur tol Cipularang, perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam. Keluar di Cileunyi, ujungnya jalan tol Cipularang. Setelah keluar tol ambil arah ke kiri, arah Pasar Sehat Cileunyi. Kira-kira 10 menit (jika tidak macet) akan di temui awal jalan cagak (bercabang) untuk one way yang di tandai dengan adanya gardu pos polisi ditengah-tengah jalan. Persis sebelum cagak tersebut di sebelah kanan ada jalan kecil menanjak (cukup untuk 2 lajur mobil) beserta papan nama "Villa Pajajaran Permai". Kita masuk ke jalan itu dan setelah menempuh jalanan menanjak selama 20-30 menit kita akan tiba di Basecamp Batu Kuda.
Sedangkan jika kita mengendarai motor dari Jakarta akan membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam. Dengan rute jalan : Jakarta - Bogor - Puncak - Cianjur - Padalarang - Cimahi - menyusuri jalan Soekarno Hatta - Gede Bage - Cibiru. Dari bundaran Cibiru ambil arah ke Cileunyi dan selanjutnya ikuti rute mobil di atas.
Jika naik angkutan bus via tol atau jalur konvensional, rutenya sama. Ongkos ojeg dari bawah kira-kira 30 ribu rupiah sampai Basecamp.
Untuk jalur Baru Beureum kita masuk via Jatinangor kampus Unpad.

Ditulisan ini saya khusus membahas jalur Batu Kuda. Simaksi untuk Gunung Manglayang adalah rp.5.000,-/org. Suasana di basecamp mirip dengan camping ground Curug Nangka Bogor. Volunteer-volunteer Manglayang sangat ramah dan friendly, mereka tergabung dalam organisasi Sadawana. Di Manglayang terdapat 4 objek yg umum di eksplore oleh pengunjung.

Yang pertama, sesuai nama jalurnya, objek wisata Batu Kuda, dari gerbang masuk kita berjalan lurus melewati camping ground. Letaknya kira2 700 meter dari gerbang.
Yang kedua camping ground Manglayang. Jajaran pohon pinus yang tinggi dan rapat membuat suasana disana begitu sejuk dan damai. Cocok untuk kegiatan kemping ceria. Camping ground ini juga sering digunakan untuk pelantikan organisasi-organisasi pecinta alam.
Yg ketiga adalah Papanggungan. Terletak di sebelah timur basecamp, Papanggungan dapat di capai dengan 15 menit berjalan kaki. Papanggungan adalah sebuah bidang datar di sisi timur Manglayang. Lokasi ini tidak kalah indah dengan Dieng Plateau. Sunrise hunter pasti akan betah dengan view disini. Cikuray, Ciremai, Papandayan dan lain-lain terlihat jelas dari sini jika cuaca cerah. Dari sini pula jelas terlihat puncak Prisma, satu dari tiga puncak Manglayang.
Objek yang keempat adalah puncak utama Manglayang di ketinggian 1818 mdpl. Untuk menuju puncak tertinggi kita berjalan ke arah barat dari gerbang masuk. Dengan berjalan santai kita membutuhkan waktu 3 jam untuk sampai puncak, jika trekking, seperti yang pernah saya lakukan, puncak dapat di capai dalam waktu 1,5jam saja. Jalur menuju puncak Manglayang cukup menantang, perpaduan tanah yg licin, akar-akar dan batu-batu yang terjal.
Tidak ada sumber air dalam jalur pendakian hingga ke puncak. Puncak Manglayang sangat luas, tetapi sayang tinggi dan lebatnya pepohonan membuat kita tidak bisa menikmati pemandangan baik sunrise maupun sunset. Terdapat 2 makam di puncak Manglayang.
Karena keadaan puncaknya yang tidak maksimal untuk menikmati pemandangan, maka saya rekomendasikan untuk menuju Papanggungan terlebih dahulu pada dinihari atau subuh jika ingin melihat sunrise, barulah setelahnya kita menuju puncak dengan cara tektok (pergi pulang).

#Rangkuman :
1. Dengan motor, kurang lebih di perlukan biaya rp.80.000,- pp
2. Dengan mobil rp.350.000 pp
3. Tol Cipularang rp.106.000,-
4. Simaksi rp.5.000,-/org

Jalur awal dr camping ground

Camping ground Manglayang

Pesona Papanggungan Manglayang

Camping Ground Batu Kuda

Jalur Awal Pendakian

Pemandangan dari jalur pendakian

Biar ga terlalu tinggi tapi jalurnya cukup nguras tenaga

Ajib tanjakannya

Nyampe juga di puncak Manglayang

Puncaknya luas, bisa main bola...hehe

Jajaran pohon pinus yg bikin mata adem

Ngopi dulu bro...
Camp di Papanggungan


Minggu, 15 Maret 2015

Green Canyon Sebuah Maha Karya

Green Canyon, entah siapa dulu yg pertama kali menjuluki dengan sebutan itu, merupakan salah satu lokasi wisata yg sangat saya rekomendasikan. Terletak hampir di ujung selatan provinsi Jawa Barat, Green Canyon masuk ke dalam wilayah kabupaten Pangandaran. Tepatnya di desa Kertayasa, 30 menit ke arah barat dari pantai Pangandaran. Dari sini ke Cilacap Jawa Tengah tinggal 2,5 jam lg.

Perjalanan sy mulai dari Bogor, hari Jumat 13 Maret 2015. Pukul 22.15 saya sudah standby di meeting point, di depan Gramedia Pajajaran. Waktu saya tiba, disana sudah menunggu Liza dan Beng2, 2 rekan yg akan ikut dalam perjalanan ini. Sambil menunggu Risky, Coro dan Sena (adik Risky), kami pun bertukar cerita tentang pengalaman masing2 dalam berpetualang. Cukup lama kami menunggu sebelum akhirnya Risky datang pukul 22.50. Sesuai perjanjian sebelumnya, mulai dari Bogor saya lah yang harus mengemudikan mobil yang di bawa Risky. Maklum, walau si empunya, Risky belum berpengalaman dan berani membawa mobil untuk perjalanan jarak jauh. Singkat cerita, saya langsung tancap gas. Saya putuskan untuk melewati jalur konvensional saja menuju Bandung via puncak. Kami sempat berhenti di Ciawi untuk menjemput Dinari, anggota tim yg ke tujuh. Perjalanan kami relatif lancar, di tambah Doyok---nama mobil nya Risky---juga nyaman dikendarai. Doyok, mobil kijang kotak tipe lama, tapi performance dan powernya masih oke banget. Salut nih sama yang punya dalam hal perawatannya.

Berhubung belum pada makan, dan sesuai request dari Coro, kami berhenti makan di warung sate H.Kadir, di Cisarua. 2 porsi sate dan 1 mangkuk sop kambing kami makan beramai-ramai. Tak butuh waktu lama bagi kami, dalam sekejap makanan di atas meja habis kami santap. Sambil nunggu nasi turun, kami membahas strategi anggaran trip---bahasanya...hehe. Di luar biaya paket body rafting, kami sepakat urunan Rp.100.000/org sebagai kas awal perjalanan. Uang kas ini yg akan kami pakai untuk makan, bensin dan kebutuhan lain. Liza kami tunjuk sebagai bendaharanya. Total terkumpul 700 ribu. Setelah membayar makan malam kami yang bernilai 140 ribu rupiah, pukul 24.00 kami pun melanjutkan perjalanan.

Kurang lebih pukul 2.15 saya memutuskan untuk mengisi bensin di daerah pinggiran Bandung. Bensin sy isi 150 ribu. Untuk menyingkat waktu menuju Cileunyi saya pun masuk tol Purbaleunyi. 8 ribu rupiah tarif tol dari Cimahi ke Cileunyi. Pukul 2.50 selepas keluar tol Cileunyi, mobil kembali saya tepikan di awal ruas jalan menuju Nagreg. Risky turun untuk membeli tahu Sumedang. Pukul 3.00 kami melanjutkan perjalanan. Jalanan relatif lancar, hanya sesekali tersendat oleh truk2 besar yang berjalan lambat meniti tanjakan jalur Nagreg. Cileunyi-Nagreg-Malangbong-Ciawi Tasikmalaya-Gentong-Ciamis...kurang lebih itu jalur yang saya ingat sebelum mobil saya tepikan lagi pukul 4.30 di sebuah mesjid besar di awal kota Ciamis. Kami turun untuk melaksanakan shalat subuh. Sambil beristirahat, saya bertanya kepada tukang parkir tentang masih berapa jauh lokasi Green Canyon. Bapak itu bilang sekitar 3,5 jam lagi. Terus terang saya tidak begitu saja percaya, masa iya masih sejauh itu, dalam perkiraan saya paling2 tinggal 2 jam lagi. Pukul 5.30 kami lanjutkan perjalanan menuju Ciamis lalu Banjar Patroman. Kami sempat sedikit berputar-putar bingung arah menuju Pangandaran di kota Banjar. Akhirnya pukul 7.00 kami tiba di daerah Tanjung Sukur, Banjar. Kembali kami bertanya arah untuk menuju Pangandaran pada penduduk setempat. Menurut penduduk yang kami tanya masih jauh, masih 2,5 jam lagi. Waduh!...masih jauh rupanya, sedangkan mata saya sudah mulai lelah dan ngantuk. Untuk meyakinkan diri, saya telpon kenalan saya di Green Canyon untuk mendapatkan keterangan lain. Ternyata jawaban kenalan saya 11-12 dengan keterangan penduduk tersebut. Kami masih harus menempuh jarak 80-an kilometer untuk sampai Pangandaran.

Pukul 8.10 saya kembali mengisi bensin sebanyak 100 ribu rupiah di daerah Banjarsari. Dari sini jalanan mulai banyak berlubang dan makin parah kondisinya. Jalanan yang rusak berat memaksa saya untuk ekstra hati2.  Sementara teman2 yang lain masih enak tidur. Sampai satu jam ke depan jalanan rusak jadi menu yang harus saya hadapi sebagai driver. Pukul 9.10 saya menepikan mobil di sebuah warung kecil. It's time to breakfast, perut sudah dangdutan. Telor ceplok setengah mateng, sayur asam dan segelas kopi liong jadi pengisi perut saya pagi itu. Pemilik warung bilang, Pangandaran tinggal 15 menit lagi, tetapi Green Canyon masih 45-60 menit lagi. Saya hanya bisa menghela nafas panjang demi mendengar keterangan itu. Setelah membayar 135 ribu (mahal banget boo!) Untuk sarapan yang menurut saya seharusnya hanya sekitar 70 ribuan saja untuk kami bertujuh. Tapi tak apalah, rejeki nya si pemilik warung. Pukul 9.55 kami lanjutkan perjalanan. Dan sesuai keterangan dari pemilik warung tadi, Alhamdulillah pukul 10.15 kami tiba di Pangandaran. Dari situ saya belok ke arah barat menuju arah bandara Nusawiru. Jalanan yang mulus membuat saya tergoda untuk memacu mobil dengan cepat alias ngebut. Alhamdulillah 30 menit dari Pangandaran, atau pukul 10.45 kami tiba di tujuan, obyek wisata Green Canyon.

Parkiran utama Green Canyon terletak di kiri dan kanan jalan utama Desa Kertayasa. Sebelah kiri umumnya di gunakan untuk parkiran motor, di sebelah kanan untuk mobil dan bus. Kantor2 jasa Body Rafting dll terletak di sebelah kanan. Begitu masuk parkiran, mobil kami di hampiri calo2 jasa rafting. Tapi sesuai pesan dari kenalan saya, suruh menyebutkan saja bahwa kami sudah booking melalui dia, dan benar saja, calo tersebut justru malah berbalik menunjukkan kantor tempat kenalan saya itu. Sekedar info saja, disini walau tampangnya sangar tapi calonya ramah2 banget, friendly dan tutur bahasa Sundanya bagus (halus). First impress yg bikin saya jadi nyaman di bawah terik matahari. Ternyata bukan cuma calo yg ramah, tukang parkir dan petugas2 Dishub yg mengelola parkir juga sama. Pantas saja Green Canyon ramai pengunjung. Saya pikir keramahan level dulur hanya bisa saya dapatkan di hotel atau daerah2 pelosok Jateng / Jatim. Setelah mobil saya parkir, kami beranjak menuju sekretariat body rafting Guha Bau, menemui kang Ridwan / kang Jo kenalan saya. Saya sempat mikir panjang, kenapa namanya Guha Bau ya? Apa ga ada nama lain? Jauh banget dari kesan sebagai travelling organizer. Selain itu, secara umum artinya kan "Gua yg bau". Dan nanti pertanyaan saya itu akan terjawab.
Kang Jo mempersilakan kami istirahat di belakang sebuah warung makan di samping kantornya. Segera saja saya rebahkan badan di bangunan panggung itu, maklum saya belum tidur dari kemarin. Karena kami tiba sudah terlalu siang, akhirnya saya berinisiatif minta kang Jo untuk menyiapkan keperluan body rafting kami untuk berangkat jam 11.00. Kami diberi waktu 30 menit untuk bersiap dan berganti pakaian. Sambil bersiap kami juga di beri form isian data untuk administrasi. Setelah membayar biaya untuk paket body rafting kami di briefing oleh kang Jo tentang tata cara dan kondisi alam Green Canyon. Setelah briefing selesai kami di persilakan memilih Life jacket, sepatu, helm dan pelindung tubuh untuk kami gunakan. Dan lagi-lagi saya kagum dengan cara pelayanan para guide nya. Untuk memakai life jacket yg mudah saja mereka yg bantu mengikat dan memasang, high service deh. Biasanya hari gini banyak guide yg ramah cuma ke cewe aja, tapi ini ga di beda-bedakan. Selesai memakai seluruh peralatan, kami di persilakan naik ke mobil bak terbuka untuk menuju spot awal yg letaknya kurang lebih 30 menit perjalanan. Sebelum berangkat kami dipersilakan untuk membawa kamera ataupun HP berkamera untuk mengambil gambar2. Pihak EO menyediakan drybag untuk safety gadget2 yg kita bawa. Tapi saya sarankan agar gadget2 kita di lapisi lagi dengan plastik tipe HDPE. Lebih bagus lagi bawa pocket kamera yg waterproof, dan jangan membawa kamera DSLR kecuali siap dengan resiko rusak, sebab selain 90% kegiatannya dalam air juga di beberapa spot kita harus melompat dari tebing2.

Cuaca Sabtu itu panas menyengat, untung saya prepare menggunakan baselayer tangan panjang, aman deh. Lintasan jalan menuju spot awal berupa jalan desa yg kecil dari pecahan2 batu karst / kapur, menanjak terus. Kiri kanan jalan adalah hutan rakyat (produktif) dan juga liar---disini masih ramai kegiatan masyarakat berburu babi hutan dengan anjing2 pemburu. Kami bertujuh didampingi 2 orang guide dan 1 orang supir. Dari mereka kami memperoleh keterangan bahwa obyek wisata Green Canyon mulai di populerkan sejak tahun 2011. Di temukan dan mulai di kelola sejak tahun 2009. Para guide body rafting ini adalah warga desa Kertayasa yg sudah di latih oleh para ahli dan instruktur kegiatan rafting, renang dan SAR air. Setiap guide betul2 mengenal setiap detail lintasan body rafting di lokasi Green Canyon---salut, high safety. Sampai saat ini terdapat 5 EO selain Guha Bau yg aktif disana. Seluruhnya berada di bawah manajemen BUMDES Kertayasa (Badan Usaha Milik Desa) yg di support oleh PNPM mandiri. Kegiatan body rafting ini libur setiap hari Jumat. Hari libur tersebut di pergunakan para guide dan pemilik EO untuk merawat dan membersihkan lintasan body rafting. Karena asyik ngobrol tak terasa mobil telah sampai di spot awal kami. Info lagi nih, setiap EO memiliki spot awal yg berbeda dan masing2. Turun dari mobil, kami di beri minum air mineral oleh guide, lalu kami mulai berjalan turun, menelusuri lintasan tangga yg cukup curam dan panjang---serasa turun gunung, dengkul leklok. Terdengar teriakan2 di bawah lembah dari para peserta yg sudah mulai lebih dulu. 15-20 menit kemudian kami tiba di spot awal, sebuah dataran sempit di pinggir sungai dengan batuan agak tajam dan licin, harap berhati-hati ya. Berjalan ke arah kiri mulai tercium bau yg sangat tidak sedap, asli bikin pengen jackpot, amoniak yg menusuk. Ternyata bau itu datang dari sebuah gua yg di penuhi kotoran kelelawar. Mulut gua nya sendiri menghadap ke arah sungai. Lebarnya sekitar 20-25 meter, tingginya kira2 20 meter, dalamnya saya ga tau...yg jelas dari penglihatan, gua itu sangat luas di bagian dalam. Itulah jawaban dari pertanyaan saya kenapa EO kami namanya Guha Bau, ternyata memang benar berasal dari arti gua yg bau. Walaupun baunya setengah hidup, tetap tidak mengurangi sifat gila foto kami...hehe. Ketinggian dataran tempat kami berdiri dengan permukaan sungai kira2 3 meter. Dan rupanya dataran ini jadi tempat start, yap, kami harus memulai kegiatan dengan melompat ke dalam sungai dari ketinggian 3 meter....seruuu...tidak bisa tidak, HARUS lompat. 15 menit selanjutnya kami menelusuri pinggiran sungai dengan berpegangan pada batu2. Terkadang kami harus naik semi climbing ke dinding2 tebing untuk menghindari jeram yg berbahaya. Dinding tebing karst di kiri dan kanan menjulang 30-50 meter mengapit sungai selebar 5-10 meter. Setelah 30-40 menit kami tiba di area lompat yg kedua, tebing setinggi 7 meter, untuk yg kurang berani maju sedikit turun ke tebing yg tingginya 5 meter, hehe (saya pikir ada opsi ga lompat, maklum rada jiper juga ngeliat tinggi lompatannya, di tambah saya nyetir dan belum tidur lho dari kemarin) ...intinya tetep harus lompat...tinggal pilih aja. Dan dengan berat hati, setelah menjepit hidung dengan jari saya pun melompat....yiihhaaa....byyuur....mantab. Kami lanjutkan berenang dengan terus memperhatikan instruksi dan perintah para guide. Sebenarnya banyak sekali model lintasan dan jeram yg kami lewati, tapi di tulisan ini saya hanya akan bahas jeram dan lintasan yg bikin adrenalin naik. 1 jam kemudian kami tiba di jeram ganas yg pertama, menurut guide, jika di buat level, maka jeram di hadapan kami ini level 3 rafting. Panjang lintasannya kira2 8-10 meter. Air nya bergolak, tapi saya yakin dengan guide bahwa ini aman. Setelah guide pertama terjun lebih dulu dan memasang webbing sebagai pengaman di sebrang, saya pun melompat---cara melompat ataupun meluncur di jeram2 Green Canyon adalah dengan posisi semi jongkok, kaki agak ke depan seperti posisi nyetir mobil dan punggung agak mundur ke belakang, setelah badan masuk ke air maka posisikan badan lurus telentang dengan kaki di angkat lurus ke depan. Agak horor sih, tapi gaya seperti itu yg paling aman, paling cuma kesedak air sungai aja resikonya.---badan saya timbul tenggelam di lintasan jeram itu. Air sungai mah bonus deh yg ke minum. Setelah saya, teman2 yg lain satu persatu nyusul.

30 menit kemudian kami tiba di rest area, sebuah delta batu yg luas. Disana beristirahat pula rombongan2 yg lain. Ternyata ada penjual kopi dan mie di situ...geleng2 kepala saya, gimana caranya ini pedagang bisa sampai disini, sebab melihat sekeliling, bisa dibilang ga ada akses jalan. Terus terang, kami semua lapar dan kedinginan, tapi tidak ada di antara kami yg mengantongi uang. Sebab kami pikir untuk apa bawa uang, kan mau basah2an. Saat kami bingung dan menelan ludah, guide kami bilang, pedagang disitu memang bertransaksi dengan model invoice alias pembeli bisa bayar belakangan nanti di basecamp---weh...canggih juga nih...hahaha...inovatif banget cara dagangnya. Akhirnya kami beli pop mie dan kopi untuk menghibur cacing di perut. Oh iya, jangan takut di getok harga disini, walau sistemnya invoice tapi harga2nya boleh di bilang normal lah. Contoh untuk 1 gelas popmie di bandrol 10ribu rupiah saja dan kopi sekitar 3-4ribu sebambu, iya sebab gelasnya dari bambu, natural banget ya.

Selesai ngisi perut, guide kami bicara, siapa yg takut melintas jeram lagi dipersilakan melipir pinggiran sungai sebelah kanan, bagi yg berani silakan menyeberang ke bagian kiri untuk berhadapan dengan Jeram Setan. Jeram Setan ini jeram yg lintasannya terpanjang di Green Canyon, kira2 25-30 meter. Menurut guide, tingkat kesulitannya 2x lebih berat dari jeram ganas yg pertama. Untuk meyakinkan diri saya hanya bertanya "Aman kan?"...guide menjawab "Aman!". Setelah dapat jawaban saya menawarkan diri untuk jadi pelintas Jeram Setan yg pertama---sok berani...hihi...padahal dalam hati mah jangan di tanya tegangnya kaya apa. Saya melompat dan berenang menyebrang lalu melipir tebing sebelah kiri, di depan Jeram Setan, guide menyuruh saya memposisikan diri berdiri di depannya. Lalu saya di suruh meluruskan kaki ke depan, rebah. Guide memegang life jacket saya di bagian pundak kanan dan kiri, setelah itu guide bertanya "Siap?"..."Siap" jawab saya, berusaha mengalahkan rasa takut. Bersamaan dengan jawaban saya guide melepaskan pegangannya di pundak saya, membiarkan tubuh saya masuk ke dalam pusaran arus yg ga bisa saya bilang kaya apa rasanya, yg jelas antara cemas, panik, tegang, takut dan penasaran campur aduk jadi satu. Sensasinya luar biasa, dan jangan tanya berapa banyak air sungai yg tertelan...blup..blurp...blurp...nikmat. Begitu tiba di spot ujung Jeram Setan spontan saya teriak untuk melepaskan tekanan yg saya rasakan sebelumnya.

Lepas dari Jeram Setan barulah kami masuk ke area yg dinamakan Green Canyon, rupanya area yg kami lintasi sebelumnya itu namanya Guha Bau. Disini barulah saya mengerti kenapa area ini di beri nama Green Canyon, ternyata bukan gaya-gayaan aja, kontur dan view nya benar2 luar biasa indah dan menakjubkan. Tak henti saya memuji keagungan Allah dengan ciptaanNya ini. Indah sekali.
Di area Green Canyon kami tidak banyak berenang atau melintas jeram lagi, hanya sesekali kami turun melipir dinding tebing. Kami lebih banyak meniti tebing, semi climbing dan melompat dari batu yg satu ke batu lain dengan gemuruh suara jeram di bawah kami. Kami juga melewati Jeram Blender, salah satu spot "death zone" Green Canyon. Berdiri di atas Jeram Blender, saya merinding membayangkan bagaimana seandainya ada yg jatuh kesitu....mungkin tipis harapan untuk selamat. Kami juga melipir melewati pemandian putri yg katanya bikin awet muda sebelum masuk area Jeram Blender. Saat saya asyik dengan lamunan tentang Jeram Blender, guide menyuruh kami bergegas turun ke sisi yg berlawanan, kami pun mengikuti. Turun perlahan-lahan meniti tebing batu kami pun berendam lagi di air...di hadapan kami adalah lintasan yg lagi-lagi bikin jiper, sebuah ceruk nyaris seperti terowongan sepanjang 5-6 meter. Jarak permukaan air dengan atap terowongan hanya 60cm. 8 meter berseberangan dari situ Jeram Blender bergemuruh. Saya ngelus dada, ga ada jalur lain apa ya? Dan akhirnya saya pun memasrahkan diri pada guide, melintas terowongan horor itu. Bagusnya bagian dasar terowongan itu dalam sekali airnya...fiiuuh lega saya. Dari Jeram terowongan perjalanan selanjutnya relatif "ringan", saya lihat Casio saya sudah menunjukkan pukul 15.00. Saat sedang beristirahat, guide kami menunjuk ke arah barat, dia bilang itulah garis  finish body rafting ini. Dia melanjutkan, bagi yg berani, dipersilakan melipir ke kiri sungai untuk naik ke atas tebing untuk mencapai spot lompat terakhir setinggi 8-9 meter, yg ga berani silakan berenang ke arah kanan. Saya angkat bendera putih, badan saya kelewat lelah, daripada harus menguras tenaga lagi lebih baik saya gabung dengan golongan yg "ga berani" seperti Risky dan Sena. Walaupun saya sudah ambil jalur yg aman, tetap saja saya sempat hanyut beberapa meter, beruntung saya di tarik guide kami, sampe2 celana quickdry saya melorot...haaddeeuh. Saya dan yg lain istirahat di atas batu sambil menonton teman2 yg "berani" melompat dari tebing terakhir. Selesai semua lompat kami pun menuju spot parkir perahu yg akan membawa kami kembali ke Basecamp. 10 menit kami naik perahu menuju darmaga parkir untuk berganti perahu yg mesinnya lebih kecil. Di perahu yg lebih kecil ini hanya bisa di isi 5 orang penumpang. Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit kami pun tiba di Basecamp untuk mandi, berganti pakaian dan menyantap makanan yg telah di siapkan pihak EO. Alhamdulillah, body rafting kami berjalan dengan aman dan lancar, walau beberapa dari kami ada yg cedera tapi kondisi terkendali dengan baik. Tepat pukul 17.30 kami pun berpamitan dan memulai perjalanan pulang. Yg lain tidur saya mah tetep aja nyetir.
Green Canyon...salah satu "must visit place" untuk yg hobi petualangan, at least bagi saya. Oh iya, jika menuju kesana di musim kemarau agak kurang seru sebab debit air nya berkurang. Idealnya Maret sampai awal Mei.

Sampai jumpa di petualangan berikutnya....

Rangkuman:
1. Bensin untuk perjalanan Bogor-Green Canyon PP rp.620.000,-
2. Makan dll rp.50.000,-/org
3. Paket Body Rafting rp.200.000,-/org. Harga paket dihitung minimal 5 orang. Kurang dari 5 orang tetap di hitung paket rp.1000.000,-/paket. Lebih dari 5 orang dihitung per orang rp.200.000,-.
4. Rute menuju kesana dari Bogor :
Bogor-Puncak-Cianjur-Padalarang-Bandung-Cileunyi-Ranca Ekek-Nagreg-Tasikmalaya Ciawi-Malangbong-Gentong-Ciamis-Banjar Patroman-Banjarsari-Pangandaran-Green Canyon.
5. Total waktu tempuh dari Bogor 7-8 jam exclude istirahat.
6. Hari Jumat libur
7. Hari lain buka dari jam 8.00-14.00.