Minggu, 26 April 2015

Top of West Java --- Ciremai 3078mdpl

14 tahun yg lalu, saya dan teman-teman sekampus pernah mendaki gunung Ciremai melalui jalur Linggajati. Saat itu kami mendaki dalam sebuah rombongan besar, seingat saya 24 orang, termasuk saya. Sudah banyak hal dari momen-momen itu yg hilang dari ingatan saya, tapi beberapa lainnya masih terekam dengan baik hingga kini. Pendakian di awal tahun 2002 itu menyisakan 1 PR besar untuk saya pribadi. Dari 24 orang, 22 orang mencoba menggapai puncak di pagi itu setelah bermalam di shelter Tanjakan Seruni. Pada akhirnya hanya 16 orang dari kami yg benar-benar mencapai puncak. Dan saya termasuk dalam 6 orang yg belum berhasil muncak itu, kandas di atas shelter Sanggabuana II, di bawah Pengasinan. Saat itu sebelum turun kembali, saya, Keni, Adi, Ika, Leo dan Yudha sempat berucap akan kembali untuk menebus kegagalan muncak Ciremai.
------------------------------------

Itulah sedikit ingatan saya tentang pendakian di tahun 2002. Dan pagi ini, di bawah cuaca mendung, sambil menikmati pisang goreng hangat dan segelas teh manis yg di suguhkan oleh petugas TNGC jalur Apuy, saya bersantai sejenak sebelum memulai pendakian solo ini. Saya tiba di basecamp Apuy tadi pukul 10.00. Senyum-senyum sendiri memikirkan rencana nekat ini. Sebenarnya saya masih mengantuk akibat kurang tidur semalam. Yaaah...bukan hanya kurang tidur, tapi juga kelelahan. Perjalanan menuju Majalengka ini memang saya tempuh dengan naik motor dari Bogor. Saya berangkat hari Jumat pukul 15.00, di bawah guyuran hujan yg sama sekali tidak berhenti hingga saya tiba di Kadipaten 7,5 jam kemudian. Malam itu saya beristirahat di rumah seorang rekan sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju Apuy. Dari rumah rekan saya di Kadipaten menuju ke Terminal Maja memakan waktu 45-60 menit dengan jarak 31km. Jalanannya relatif lengang dan bagus. Saya sempat berputar-putar mencari jalan yg menuju basecamp Apuy ketika sudah tiba di terminal Maja. Setelah bertanya pada penduduk sekitar arah yg benar, saya pun melanjutkan perjalanan. 1 jam kemudian saya pun tiba di BC Apuy.

Saya pun segera mengurus perijinan pendakian, mengisi form barang bawaan dan membayar biaya Simaksi sebesar Rp.50.000,-. Yup, 50 ribu rupiah, sebuah nominal yg cukup besar untuk ukuran biaya mendaki. Saya pun walau sudah membaca dan tahu besaran biaya tersebut sebelumnya tetap saja mengernyitkan dahi ketika membayarnya. Tapiiii...setelah saya tahu biaya tersebut mencakup apa saja, spontan saya tidak lagi merasa berat. Pisang dan ubi goreng yg saya makan bersama teh manis hangat ini adalah bagian dari biaya tersebut alias gratis. Setiap pendaki yg datang di sambut dengan sangat ramah oleh petugas TNGC. Di beri welcome snack n drink, serta memperoleh kupon untuk makan full lauk ketika turun dari pendakian. Selain itu, hitungan biaya tersebut bukan harian, jadi setiap pendaki yg akan naik lebih dari 2 hari pun tidak dikenakan biaya tambahan alias flat. Lengkap dan layaknya fasilitas sanitasi, mushala dan shelter-shelter serta papan-papan informasi menambah nyaman suasana. BC Apuy yg juga sekaligus Pos I Berod ini baru berdiri beberapa tahun. Sebelumnya BC Apuy terletak di bawah dekat Terminal Maja. Berod sendiri adalah nama bumi perkemahan di Apuy.

Setelah berdoa, saya pun menyandangkan Osprey Kestrel 68L ke pundak. Sambil memulai langkah dengan perlahan, saya meng-absen isi barang bawaan dalam keril saya. 1 lembar Flysheet 3x4m, 1 tenda dome Coleman, 16 pasak dan tali, 1 sleeping bag, 1 jaket wind and rain breaker, 1 headlamp, 1 tentlamp, 6 batre cadangan, 1 raincoat, 1 stel pakaian ganti, 2 pasang kaos kaki, sepasang Gaiter, 1 trackpole, sendal gunung, 5 liter air, 2 bungkus sereal pengganti nasi, 2 indomie, 4 sachet kopi, 2 sachet susu, 1 bungkus besar roti, 4 batang snickers, 1 kompor, 1 set nesting, 2 tabung gas, P3K, pisau kecil, sarung tangan, buff, kanebo, 2 lembar matras, kompas, termometer dan drybag 10L. Semua itu sudah saya lapis dengan trashbag agar tidak basah jika hujan turun tiba-tiba. Berhubung ini adalah solo hiking maka saya pun sangat ekstra persiapan dan bawaan. Sebelum jalan pun tak lupa saya memesan nasi bungkus plus lauk di sebuah warung untuk makan siang saya nanti di perjalanan, jadi tak perlu repot bongkar keril dan memasak. Saya menargetkan untuk buka tenda di pos VI Gua Walet.

Jalur awal pendakian konturnya sangat landai dan bersahabat untuk kaki. Perpaduan tanah dan sedikit bebatuan yg di lindungi pepohonan rindang. Kondisi seperti ini memudahkan tubuh saya untuk cepat beradaptasi dan mendapatkan ritme jalan yg sesuai. 1-2 jam awal mendaki adalah salah satu kunci keberhasilan pendakian. Tanpa terasa saya sudah tiba di Pos II Arban, saya lihat jam, baru pukul 11.35...waaah...rupanya jarak pos I dengan Pos II hanya 30-40 menit saja. Ada sekitar 20an pendaki yg sedang beristirahat di Pos II ini. Setelah mengambil beberapa foto dengan kamera HP, saya pun melanjutkan perjalanan.

Jalur menuju pos III mulai menyempit dan menanjak dengan vegetasi yg cukup rapat, sesekali saya bertemu dengan rombongan lain yg sedang beristirahat. Menurut keterangan petugas pos, di hari ini ada seratusan pendaki yg naik via Apuy, lebih dari 200 orang melalui Palutungan, sedangkan yg melalui Linggajati saya tidak mendapatkan datanya. Solo hiking saya jadi tidak berasa solo sebab begitu banyak pendaki yg saya temui. Jalur pendakian Ciremai via Apuy ini merupakan yg terpendek jika di bandingkan dengan 2 jalur lainnya.
Setelah melewati beberapa shelter bayangan, tepat pukul 13.35 saya tiba di Pos III Tegal Masawa. Saya memang sudah berencana untuk makan siang di pos III ini, tapi hujan yg tiba-tiba turun dengan deras membatalkan makan siang saya. Segera saja saya kenakan raincoat dan kembali melanjutkan perjalanan. Tak lebih dari 15 menit saya istirahat di Pos III. Sambil berjalan di bawah guyuran hujan saya membatin "begitu hujan reda gw harus makan, ga peduli bukan di pos". Alhamdulillah 30 menit kemudian hujan reda---tidak benar-benar reda, hanya rintik gerimis---, tanpa berlama-lama saya mencari tempat yg cukup nyaman untuk duduk dan mulai menikmati makan siang yg terlambat ini. Telor ceplok, tahu dan tempe jadi menu saya siang menjelang sore itu.

Pukul 14.40 saya tiba di Pos IV Tegal Jamuju...sepi, tak ada satupun pendaki disini. Sebuah shelter yg cukup untuk mendirikan 10 tenda kapasitas 4 orang. Pohon-pohon besar mengelilingi shelter ini seperti pagar sehingga kondisi shelter ini lembab dan agak gelap. Kurang lebih 5 menit saya menikmati suasana sepi Pos IV sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju Pos V. Jalur menuju Pos V mulai terasa berat sebab tanah mulai berubah menjadi lumpur akibat hujan, REI waterproof saya pun tak kuasa melawan serangan air dengan daya kapilaritasnya...alhasil berjalan dengan sepatu basahpun harus saya lakoni. Sesekali saya harus agak merangkak saat meniti jalur yg licin dan sulit.
Pukul 15.50 saya tiba di Pos V Sanghyang Rangkah. Banyak pendaki yg sedang beristirahat di bawah rintik gerimis dan angin kencang. Saya pribadi belum merasa kedinginan meski angka di termometer saya menunjukkan 13°C. Saya berbincang sejenak dengan pendaki-pendaki lain, dan akhirnya saya putuskan untuk mendirikan tenda disini saja. Untuk menuju Pos VI Gua Walet masih harus berjalan 1,5 jam lagi yg artinya paling cepat saya tiba disana pukul 17.30. Dengan kondisi cuaca yg buruk di tambah kabut tebal serta banyak pendaki dari Jalur Palutungan yg juga hampir bisa dipastikan menuju kesana, terlalu beresiko untuk saya. Sejauh ini fisik saya memang masih oke, tapi ketidak pastian mendapat tempat yg layak untuk mendirikan tenda dan beristirahat di Pos VI tentu bisa menimbulkan masalah nantinya.

Masih di bawah gerimis, setelah memilih tempat yg cukup aman,  saya mengeluarkan flysheet Gorillaz dari keril dan mulai membentangkannya. Saya buat dulu bivak darurat seadanya untuk peneduh, lalu saya dirikan tenda di bawahnya, setelah tenda berdiri saya masukkan keril berikut bawaan saya. Lalu saya sesuaikan posisi flysheet agar bisa menutup dan melindungi tenda dengan sempurna. Hembusan angin yg kencang serta dingin bisa membuat tidur saya tidak nyaman karena tenda yg saya bawa ini single layer. Setelah flysheet melindungi dengan baik, saya pun membuat parit aliran untuk mencegah air merembes ke dalam tenda jika hujan tiba-tiba lebat. 1 jam 10 menit kemudian saya pun sudah meringkuk dalam hangatnya sleeping bag di dalam tenda. Suasana seperti ini yg sudah jadi barang mahal...tenang, sunyi, dingin, tanpa dering gadget.

Meringkuk sejenak sudah cukup untuk menghangatkan tubuh saya yg dingin. Saya bangun dan mulai mengeluarkan kompor, nesting dan logistik. Bayangan nikmatnya kopi panas jelas berkeliaran dalam benak saya, dan yg pertama saya lakukan adalah memasak air. Saya buka pintu tenda, saya duduk bersila menghadap keluar dengan sleeping bag menutup hingga batas paha. Di luar sudah gelap, hujan masih turun meski rintik-rintik. Di sebelah kiri saya berdiri sebuah tenda, rombongan dari Telaga, sebuah desa yg tak jauh dari Apuy. Di sebrang saya, 15 meter berdiri tenda rombongan dari Bandung. Sambil menyalakan kompor saya berkhayal, apa yg sedang saya lakukan ini persis seperti iklan petualangan koboy atau film-film pemburu di hutan, sendirian dalam sepi, menikmati alam...(lebay.com)

Setelah menyeduh kopi, saya memasak mie instant. Selesai ritual makan dan ngopi, serta membereskan peralatan saya pun tidur. Hening sekali, hanya suara tetes air hujan terdengar. Hari minggu pukul 4.30 saya terbangun, lelap sekali saya tidur rupanya. Tadinya saya berniat bangun pukul 3.00 untuk summit attack.
Setelah shalat subuh, saya berganti pakaian, tak lupa mengisi drybag dengan roti, air minum serta P3K. Untuk menambah tenaga, saya memasak air dan menyeduh susu untuk di campur dengan sereal. Sarapan ala orang kulon...hehe.
Pukul 5.45 saya pun memulai langkah kaki untuk menggapai puncak tertinggi Jawa Barat. 15 menit awal beberapa kali saya berhenti, berusaha mengatur nafas yg terengah-engah dan menyesuaikan diri dengan angin kencang yg di sertai kabut tebal. Walaupun saya berjalan hanya dengan beban drybag tetap saja saya harus kembali mencari pola jalan yg nyaman---nyetel ulang istilahnya. 50 menit selepas saya meninggalkan tenda, sy tiba di persimpangan jalur yg mempertemukan jalur Apuy dengan jalur Palutungan. Dan 20 menit kemudian saya sudah berdiri di atas area Pos VI Gua Walet. Pos VI merupakan lokasi yg menjadi incaran utama para pendaki untuk membuka tenda, sebab sangat terlindung dari terpaan angin. Gua Walet merupakan area yg menyerupai sumur berdiameter lebih dari 30 meter dan ketinggian sekitar 15 meter. Terdapat sebuah mulut gua di sisi yg sejajar dengan jalur pendakian. Pagi itu pelataran di depan gua penuh sesak dengan tenda pendaki. Saya bersyukur kemarin memutuskan buka tenda di Pos V, sebab jika saya terus melanjutkan perjalanan untuk nge-camp di Pos VI, bisa di pastikan saya tidak akan memperoleh lokasi yg nyaman untuk beristirahat. Setelah mengambil beberapa foto, saya bergegas untuk menggapai puncak Ciremai yg tinggal 15 menit lagi.
Alhamdulillah pukul 7.30 saya berhasil berdiri di atap tanah Jawa Barat. Badai kabut dan angin yg membawa butiran air menerpa wajah saya...dingin dan beku. Walau begitu, kepuasan batin yg merasuk dalam diri ini mengalahkan semua itu. Sambil bersujud syukur, saya gumamkan nama-nama kawan sependakian 14 tahun yg lalu. Aah...ternyata sudah sangat lama kita tidak merimba bersama kawan, bercumbu dengan dingin dan lapar demi sebuah tempat impian bernama Puncak. Sungguh saya rindu sama kalian semua. Banyak kenangan indah yg telah terlewati bersama, begitu membekas dalam hati. Hari ini, pagi ini, saya persembahkan puncak Ciremai untuk kalian sahabat-sahabat  Amazon Corps. Luv u all...Salam Lestari.

*Sampai jumpa dalam petualangan saya yg lain. Semoga bermanfaat.

Rangkuman :

1. Rute :
Bogor - Puncak - Cianjur - Padalarang - Cimahi - Soekarno Hatta Bandung - Cibiru - Cileunyi - Jatinangor - Sumedang - Kadipaten - Terminal Maja - BC Apuy.

2. Biaya :
- Bensin dengan Pertamax 100 ribu rupiah PP Bogor - Majalengka.
- Logistik 50 ribu rupiah
- Simaksi 50 ribu rupiah / org.
Total Rp.200.000,-

3. Waktu Tempuh
- Bogor - Terminal Maja (BC Apuy) 9 jam
- BC Apuy Pos I Berod - Pos II Blok Arban 30-40 menit
- Pos II Blok Arban - Pos III Tegal Masawa 1,5-2 jam
- Pos III Tegal Masawa - Pos IV Tegal Jamuju 50-60 menit.
- Pos IV Tegal Jamuju - Pos V Sanghyang Rangkah 50-60 menit.
- Pos V Sanghyang Rangkah - Pos VI Gua Walet 75-90 menit.
- Pos VI Gua Walet - Puncak Ciremai 15-25 menit.

Lokasi camp di dasar Goa Walet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar