Kamis, 08 September 2016

Tana Toraja Tanahnya Para Raja

Tanggal 4 September 2016, saya bersama tim KGI berkesempatan untuk berkunjung ke Tana Toraja seusai pendakian Gunung Latimojong. Kami start menuju Tana Toraja dari Baraka, Enrekang. Dari lokasi kami diperlukan waktu sekira tiga jam untuk mencapai Tana Toraja.

Pukul 9.30 kami memulai perjalanan dengan menumpang mobil Avanza sewaan bertarif tujuh ratus ribu rupiah.
Saya sempat bertanya pada supir, berapa lokasi yang memungkinkan untuk kami datangi dalam waktu sehari ini. Supir kami menjawab maksimal hanya 3 destinasi yang bisa kami kunjungi. Hal itu disebabkan jarak antar destinasi yang saling berjauhan.

Toraja sendiri merupakan wilayah yang terdiri dari 2 kabupaten yaitu Tana Toraja dan Toraja Utara. Letaknya bertetangga dengan kabupaten Enrekang dan masih masuk wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

Kami bersepakat bahwa destinasi pertama yang akan kami kunjungi adalah Ke'te Kesu di Rantepao, Toraja Utara.
Pukul 11.00 mulai nampak beberapa tongkonan di kiri dan kanan jalan yang kami lewati. Rupanya kami sudah mulai memasuki wilayah Tana Toraja. Hamparan sawah menghijau, kolam-kolam ikan dan tebing-tebing karst vertikal nampak mengelilingi.
Sangat terpancar dengan kuat kesan makmur wilayah ini. Beruntung maayarakatnya mempunyai kekayaan alam seperti ini.

Tana Toraja ataupun Toraja Utara merupakan kabupaten yang penduduknya mayoritas beragama Kristen. Hal tersebut diperkuat dengan banyaknya gereja. Nyaris setiap 100-200 meter terdapat gereja. Sebaliknya agak sedikit sulit menemukan masjid disana. Ternak babi adalah hal yang umum selain keberadaan kerbau atau Tedong sebagai ikon daerah.

Sekira pukul 13.00 kami tiba di Ke'te Kesu. Setelah membayar sepuluh ribu rupiah per orang kami pun bisa masuk dan melihat-lihat.
Ke'te Kesu merupakan sebuah kompleks bangunan adat Toraja dimana merupakan suatu kesatuan antara rumah adat tongkonan dan pemakaman. Ke'te mempunyai arti kurang lebih "pemangku atau pengambil keputusan" sedangkan Kesu memiliki arti "wilayah". Jika di terjemahkan artinya kurang lebih "tempat dimana tinggal para pemangku wilayah atau pengambil keputusan".

Kami sempat berfoto-foto berlatar tongkonan sebelum mulai menjelajahi area pemakaman adat Toraja.
Ada sedikit hawa aneh saat saya berjalan masuk ke area pemakaman...aah...abaikan saja lah.
Menurut keterangan yang kami dapat dari juru bicara lokasi, memakamkan orang di tebing-tebing karst seperti adat Toraja ini ada aturan-aturannya.

Setiap yang meninggal tidak akan di makamkan sebelum di adakan pesta oleh keluarga yang di tinggalkan. Jika yg meninggal orang biasa maka pestanya cukup 1 hari dengan berkorban babi yg jumlahnya menyesuaikan. Jika yang meninggal itu orang berada maka pesta bisa digelar hingga 3-4 hari dengan berkorban Tedong atau kerbau. Nah, jika yang meninggal adalah orang yang tidak punya maka keluarga yang ditinggalkanlah yang harus mengusahakan pestanya, terlepas harus mengumpulkan dana hingga beberapa minggu atau bulan.

Sedangkan penentuan ketinggian makam di tebing didasarkan pada pangkat, jabatan dan kekayaan yang meninggal. Jika orang itu hanya memiliki pangkat maka tidak cukup untuk membuatnya dimakamkan di bagian tebing yang tinggi. Tebing teratas hanya bisa ditempati oleh orang yang berpangkat jabatan serta kaya raya. Penempatan orang berpangkat dan kaya di bagian atas di maksudkan untuk menjaga keamanan makam itu sendiri, karena orang tersebut di makamkan bersama harta benda miliknya. Ya, agak sedikit mirip dengan prosesi pemakaman orang China.

Makam-makam yang seperti digantung pada peti-peti kayu di luar tebing itu karena tebing terlalu rapuh atau berpotensi runtuh jika di pahat menjadi lubang. Kami pun melihat sudah banyak tulang belulang yang berserak dipinggiran tebing karena lapuknya peti yang digunakan untuk menyimpan.

Sekira pukul 15.00 kami keluar area Ke'te Kesu dan kembali menaiki mobil untuk menuju Makale, Burake, Tana Toraja.
Lokasi yang kami tuju ini merupakan tempat wisata rohani umat Kristen. Diperlukan waktu 40 menit untuk kami tiba di Burake. Setelah membayar retribusi sepuluh ribu rupiah, mobil kami mulai menyusuri jalanan rusak menanjak yang tersusun dari batuan kapur.
Di lokasi ini terdapat patung Yesus tertinggi di dunia. Total tingginya nyaris mencapai 50 meter. Terbagi atas 2 bagian, bagian bawahnya berbentuk mangkuk setinggi 18 meter dan sisanya adalah patungnya. Konon patung ini mengalahkan patung tertinggi di dunia sebelumnya yang terletak di Brazil. Dengan demikian Indonesia memiliki 2 patung tertinggi, pertama dan ketiga di dunia. Patung tertinggi ketiga juga ada di Sulawesi tepatnya di Manado.

Posisi patung ini persis menghadap ke arah kota Makale. Jika kita berdiri di air mancur di pusat kota, kita bisa melihat dengan jelas patung ini berdiri tegak di titik tertinggi perbukitan karst.
Setelah puas berfoto-foto, kami kembali menuju parkiran dengan menuruni anak tangga. Hari menjelang petang saat mobil mulai melaju menuju Enrekang. Sayang keterbatasan waktu membuat kami tidak bisa menjelajahi setiap sudut Toraja. Namun kesan sebagai tanah yang makmur begitu kuat tertanam di pikiran saya. Tak salah di namai Tana Toraja, karena ini memang Tanahnya Para Raja.

Sampai jumpa di perjalanan berikutnya ya temans.

1 komentar:

  1. Golden Nugget Casino - Las Vegas, NV - MapYRO
    The 세종특별자치 출장마사지 Golden Nugget is one of the most iconic Las Vegas casinos. The main attraction on the Strip is the Golden Nugget Hotel and Casino. Rating: 5 · ‎2 reviews · ‎Price 김제 출장안마 range: 군산 출장샵 $ (Based on Average Nightly Rates for a Standard Room from 거제 출장안마 our Partners) 세종특별자치 출장안마

    BalasHapus