Kegiatan Alam bebas seperti hiking atau mendaki gunung semakin hari semakin di minati oleh masyarakat khususnya kaum muda. Nyaris tidak ada lagi gunung yang sepi atau istilahnya “bulan ideal” untuk mendaki sebab di musim cuaca kurang baik sekalipun gunung selalu ramai oleh para penikmatnya.
Banyaknya peminat kegiatan alam bebas ini tidak di dukung
oleh pengetahuan yang mumpuni dan cukup dari masing-masing penggiatnya tentang
resiko dan cara penanganan jika terjadi kondisi darurat seperti cuaca buruk,
sakit atau bahkan kecelakaan. Umumnya para nubie
ini hanya mendaki dengan cara instant. Pakaian yang saltum (salah kostum), alas
kaki yang bukan peruntukannya, jaket dan penghangat yang seadaanya hingga
perbekalan yang didominasi 3-4 bungkus mie instant. Menyedihkan memang, tapi
itulah realitas yang terjadi di dunia hiking
dewasa ini. Akibat minimnya pengetahuan tentang alam bebas ini tentunya berbanding
lurus dengan makin tingginya angka kecelakaan. (saya pernah membahas tentang
fenomena maraknya kecelakaan alam bebas pada tulisan saya sebelumnya).
Pada kesempatan
ini saya ingin khusus mengupas tentang Hypothermia, mulai dari penyebab hingga cara penanganannya.
A..
Apa sih Hypothermia itu???
Hypothermia itu artinya kurang lebih
adalah suatu keadaan dimana metabolisme tubuh untuk pengaturan suhu, kesulitan
mengatasi tekanan suhu dingin (tidak seimbang antara tekanan dalam tubuh dengan
udara luar sehingga suhu tubuh turun).
Definisi lain Hypothermia yang lebih singkat yaitu suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C, Pada suhu ini,
mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk menjaga panas tubuh. Toleransi
tubuh manusia dalam menghadapi dan mengatur fluktuasi suhu, berkisar antara
36,5-37,5 °C. Di luar kisaran tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu adalah
aktif menyeimbangkan produksi panas
dan kehilangan panas dalam tubuh.
Nah, produksi panas tubuh dalam menghadapi
udara dingin hanya bisa stabil terjadi jika tubuh tercukupi asupan makanannya,
mengingat makanan adalah sumber pembakaran untuk energi termasuk panas tubuh.
B.
Gimana sih Gejala Hypothermia itu???
Gejala
Hypothermia ringan,
suhu tubuh 34°C-36°C, antara lain : penderita berbicara melantur (sering di anggap kerasukan oleh orang-orang yang tidak mengerti gejala), kulit menjadi
sedikit berwarna abu-abu (pucat), detak jantung melemah, tekanan darah menurun,
dan terjadi kontraksi otot / menggigil hebat sebagai usaha tubuh untuk
menghasilkan panas. Jika suhu tubuh terus menurun penderita akan mengalami
amnesia dan susah bicara serta kecepatan tarikan napasnya meningkat.
Gejala
Hypothermia medium, suhu
tubuh 30°C – 34°C , antara lain : detak
jantung dan desah nafasnya melemah hingga mencapai 4-5 kali tarikan nafas per menit.
Lemahnya tarikan nafas berakibat rendahnya asupan oksigen untuk oksidasi tubuh
yang berimbas pada lemahnya gerak reflex
(Hyporeflex). Pada tahap medium ini penderita juga sudah tidak lagi
memiliki respon terhadap rangsangan kecuali rangsangan dasar seperti rasa
nyeri.
Gejala
Hypothermia parah,
suhu tubuh di bawah 30°C, yaitu: tidak
sadarkan diri (pingsan / koma),
badan menjadi sangat kaku terutama ujung-ujung jari, pupil membesar, dan
pernapasan sangat-sangat lambat hingga tidak terlihat apakah penderita bernapas
atau tidak. Gejala lainnya yaitu tidak ada gerak reflex, terkadang tiada napas,
dan yang terparah di tandai dengan terjadinya Paradoxal Sense Of Warm, yaitu penderita merasakan halusinasi panas
yang luar biasa sehingga merasa gerah sedangkan suhu tubuhnya terus menurun.
Puncaknya penderita akan melepaskan pakaiannya karena halusinasi kepanasan
tersebut. Halusinasi ini terjadi karena kesadarannya terganggu sebagai akibat
rendahnya oksigen yang masuk ke otak. Pada akhirnya suhu tubuh penderita terus
turun drastis, mengantuk, tertidur dan mati.
Kematian pendaki dalam keadaan
nyaris telanjang dalam sebuah pendakian merupakan ciri khas kematian yang
diakibatkan oleh Hypothermia.
C.
Terus gimana cara Penanganan Hypothermia???
Hypothermia
ringan,
penderita dibantu menghangatkan dirinya dengan panas tubuhnya sendiri yaitu
dengan dilepaskan semua pakaian yang basah dan diganti dengan pakaian kering --- ini salah satu alasan saya selalu berganti pakaian jika hendak beristirahat
dalam tenda, untuk menghindari pembalikkan suhu rendah terhadap tubuh selain
untuk kenyamanan istirahat---, kemudian dibungkus dengan selimut thermal darurat
(Emergency Thermal Blanket / ETB---bahan
alumunium jika ada) dan dimasukkan ke dalam Sleeping
Bag. Cara ini di sebut Penghangatan Pasif (Passive Rewarming).
Hypothermia
medium, jika
nampak gejalanya segera hangatkan korban dengan api unggun, ETB
atau dengan air hangat yang di masukkan ke dalam botol atau hydration bag yang
ditempelkan ke tubuh korban. Panas tubuh orang lain juga bisa digunakan dengan
cara dibungkus bersama dalam ETB dan dimasukkan dalam Sleeping Bag, atau dengan cara orang lain yang normal dan sehat masuk ke dalam Sleeping
Bag, namun sebelumnya membuka pakaiannya terlebih dahulu (jika perlu hanya
menyisakan pakaian dalam), biarkan orang normal dan sehat tersebut di dalam sleeping bag selama 15-30 menit agar
panas tubuhnya ter-transfer ke dalam Sleeping
Bag, lalu keluar dan ganti penderita dimasukkan ke dalamnya. Sementara
menunggu proses di atas bisa dilakukan penanganan dengan cara menempelkan kaki penderita ke bagian
tubuh orang yang normal seperti bagian perutnya agar panas tubuhnya bisa ter-transfer.
Cara ini disebut Penghangatan Aktif (Active Rewarming).
Hypothermia
parah, sebisa
mungkin hangatkan tubuh korban dan segera mungkin mendapatkan penanganan medis.
Jika terjadi henti jantung segera lakukan Resusitasi Jantung Paru (Cardio Pulmonary Resusitation / CPR)
sesuai standar. (Mengenai CPR akan saya bahas pada tulisan
terpisah).
Mungkin masih banyak cara dan
identifikasi lain tentang Hypothermia, saya hanya berusaha berbagi apa yang saya
ketahui dan sudah beberapa kali saya praktekkan. Sebenarnya cara terbaik dari
mengatasi segala macam penyakit adalah dengan mencegahnya, karena mencegah
tetap lebih baik dari mengobati. Cara-cara simple untuk mencegah Hypothermia
adalah dengan menjaga perut kita tetap terisi makanan sehingga tubuh secara
stabil dan kontinyu terus memproduksi panas tubuh untuk keseimbangan terhadap
tekanan udara dingin. Pastikan kita selalu menyediakan cemilan-cemilan yang cepat
diolah tubuh untuk menjadi panas seperti coklat, kurma atau makanan kecil
lainnya yang rendah garam. Cara berikutnya dengan selalu berganti pakaian saat
hendak beristirahat, jangan pernah memakai pakaian basah bekas berjalan untuk
beristirahat untuk menghindari pembalikan suhu rendah terhadap tubuh. Cara
berikutnya dengan saling mengawasi kondisi pendaki satu sama lain.
***** Semoga Bermanfaat *****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar