Plang Puncak Salak II yang saya pasang beberapa tahun lalu |
Entah saya lagi kesambet atau gimana, tiba-tiba ngidam pengen naik ke Salak II via Curug Nangka. Pengen pake banget. Padahal intensitas hujan dan angin lagi tinggi-tingginya. Banyak hobiis gunung alias yg suka mendaki pada gantung keril di bulan Februari seperti ini. Sebelumnya saya sudah berusaha nyari partner untuk naik, tapi karena alasan cuaca, tak ada satupun yang menyambut ajakan saya mendaki Salak II.
Saya rasa sudah banyak teman-teman yang tau gimana beratnya mendaki gunung Salak, apalagi Salak II. Tapi, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada kondisi alam, alasan saya tetap mendaki di musim seperti ini adalah cuaca di Salak II yang unpredictable . Hujan turun nyaris sepanjang tahun, sehingga bagi saya pribadi tak ada waktu dan kondisi yang ideal untuk mendaki Salak II.
Secara legal, Salak II hanya memiliki satu jalur pendakian, yaitu via Curug Nangka. Tapi kira-kira sejak tahun 2006-2007 jalur pendakian ke puncak Salak II sudah resmi di tutup sehingga secara aturan tidak ada lagi jalur pendakian untuk mencapai puncaknya. Kalaupun masih ada yang bisa naik ke puncaknya itu pasti pribumi setempat atau rombongan pendaki yang di guide pribumi. Secara hukum tetap saja ilegal, tetapi dengan pertimbangan kearifan lokal, maka asalkan di dampingi pribumi yang benar-benar menguasai dan mengenal jalur, petugas TNGHS pun memberi "ijin".
Ini merupakan "kunjungan" saya yang pertama ke Salak II sejak 2014. Baca Puncak Pribumi---Salak II 2180mdpl---Dahsyatnya Jalur Laba-Laba.
Day I Bogor
26 Februari 2016
26 Februari 2016
Setelah mempersiapkan peralatan tempur, plus bendera GCI, Jumat malam,
, saya memacu si Jagur, tunggangan andalan yang setia menemani saya sepuluh tahun terakhir. Ternyata di hari yang sama beberapa teman dari Cileungsi --- sebelumnya kami pernah mendaki bareng ke Merbabu dan Merapi---juga akan mendaki. Jadilah saya yang sudah siap solo hiking bergabung dengan mereka. Solo hiking itu nikmat, tapi hiking bersama teman jauh lebih baik.
, saya memacu si Jagur, tunggangan andalan yang setia menemani saya sepuluh tahun terakhir. Ternyata di hari yang sama beberapa teman dari Cileungsi --- sebelumnya kami pernah mendaki bareng ke Merbabu dan Merapi---juga akan mendaki. Jadilah saya yang sudah siap solo hiking bergabung dengan mereka. Solo hiking itu nikmat, tapi hiking bersama teman jauh lebih baik.
Pukul 23.00, saya tiba di meeting point yang di sepakati, dan setelah berbelanja logistik yang di perlukan, empat puluh lima menit kemudian kami pun meluncur ke arah Curug Nangka. Hujan gerimis menemani perjalanan. Setelah membayar retribusi di dua gerbang kami pun memarkirkan motor di sisi kanan atas area Curug Nangka, dekat dengan gerbang masuk Herman Lantang Camp, area perkemahan milik salah seorang legenda dunia pendakian Indonesia, Om Herman Lantang.
Day 2, 27 Februari 2016
01.15 am
Semakin malam hujan bertambah deras. Untuk malam ini kami memutuskan untuk tidur di teras panggung sebuah warung yang kosong. Rencananya kami akan mulai start naik pukul enam pagi. Saya pun segera mengambil posisi untuk bobo cantik...maklum, keterbatasan kondisi fisik. Saya biarkan saja teman-teman yang lain yang rata-rata usianya setengah umur saya, bercanda menghabiskan malam. Tidur yang tidak nyenyak, hampir setiap jam saya terbangun. Pukul 4.00, hujan turun lebih deras, hingga kami bangun dan bersiap pukul 6.30 masih juga belum reda.
Alhamdulillah, pukul 7.30 hujan reda berganti gerimis halus. Segera saja kami bergegas dan mulai mendaki.
01.15 am
Semakin malam hujan bertambah deras. Untuk malam ini kami memutuskan untuk tidur di teras panggung sebuah warung yang kosong. Rencananya kami akan mulai start naik pukul enam pagi. Saya pun segera mengambil posisi untuk bobo cantik...maklum, keterbatasan kondisi fisik. Saya biarkan saja teman-teman yang lain yang rata-rata usianya setengah umur saya, bercanda menghabiskan malam. Tidur yang tidak nyenyak, hampir setiap jam saya terbangun. Pukul 4.00, hujan turun lebih deras, hingga kami bangun dan bersiap pukul 6.30 masih juga belum reda.
Alhamdulillah, pukul 7.30 hujan reda berganti gerimis halus. Segera saja kami bergegas dan mulai mendaki.
Jalur awal pendakian |
Menerobos lebatnya vegetasi yang menutupi jalur |
Pasca di tutup, hanya yang pernah naik ke Salak II yang tau dimana titik awal pendakian. Sehingga sangat tidak di sarankan pendaki yang belum mengenal jalur nekat naik tanpa berbekal kemampuan navigasi dan perbekalan pendukung lainnya. Saya anjurkan, minimal memakai jasa guide warga lokal atau orang yang sudah benar-benar mengenal jalur karena hingga Pos III dan IV banyak ditemui percabangan yang tidak semuanya akan bergabung menjadi satu jalur.
Awal naik, pendaki sudah harus berhadapan dengan trek dengan kemiringan 45°, harus pandai mengatur ritme jalan, sebaiknya pendaki melangkah perlahan saja. Setelah 15 menit, jika pendaki berada di jalur yang benar akan bertemu hutan bambu. Kita akan bertemu 3 hutan bambu sebelum mencapai Pos I. Akan di temui pula 3-4 shelter. Vegetasi sangat rimbun pun begitu dengan nyamuknya...banyak banget.
Awal naik, pendaki sudah harus berhadapan dengan trek dengan kemiringan 45°, harus pandai mengatur ritme jalan, sebaiknya pendaki melangkah perlahan saja. Setelah 15 menit, jika pendaki berada di jalur yang benar akan bertemu hutan bambu. Kita akan bertemu 3 hutan bambu sebelum mencapai Pos I. Akan di temui pula 3-4 shelter. Vegetasi sangat rimbun pun begitu dengan nyamuknya...banyak banget.
Kalo udah ketemu tanjakan akar ini berarti Pos I udah dekat |
Pos I...ngambil air dari pipa aliran penduduk |
30-45 menit kemudian akan ditemui pertigaan di puncak punggungan kecil. Untuk ke arah puncak harus mengambil arah kiri yang turun. Sebelum puncak punggungan kecil itu juga terdapat cabang di sebelah kiri jalur. Itu adalah jalur menuju / dari Pura.
Pos I dapat di capai setelah berjalan 75-90 menit. Salah satu tanda Pos I sudah dekat, pendaki akan bertemu tanjakan sangat curam nyaris vertikal, dimana untuk melewatinya pendaki harus sedikit memanjat. Di Pos I ini terdapat sumber air dari aliran pipa penduduk. Disini tidak ideal untuk membuat camp karena bidangnya miring dan penuh akar. Di sebelah kanan Pos I adalah jurang cukup dalam dengan ketinggian kurang lebih 30 meter.
Pemandangan dari Pos III, akhirnya bisa melihat ke bawah tanpa terhalang pepohonan |
Menuju Pos II di perlukan waktu 30-45 menit. Tidak ada penanda di Pos II sehingga pendaki sering tidak menyadari. 20-30 menit sebelum Pos III, terdapat jalur tikus ke arah kanan, itu adalah jalur menuju / dari Gunung Malang, jalur yang berbahaya dan sangat jarang di lintasi. Jalur tikus itu tidak terlihat jika dari arah menuju puncak. Pos III sendiri merupakan bidang sempit sedikit miring yang hanya cukup untuk satu tenda. Dari sini pemandangan ke arah kota sangat indah jika cuaca cerah. Pos III juga merupakan titik pertama dimana mata kita bisa melihat dengan leluasa ke arah bawah tanpa terhalang pepohonan.
Otw Pos V...makin berat jalurnya |
Nikmati saja "siksaannya"...hehe |
Break makan siang di Pos V |
Masih di area Pos V, hujan sering turun di area ini |
Plang penunjuk arah yang pernah saya pasang, masih menempel dengan baik |
Tiga puluh menit selanjutnya pendaki akan bertemu dengan jalur yang "menyiksa" sebelum tiba di Pos IV. Pos IV ini cukup untuk membangun 3-4 tenda, di sini vegetasi sangat rapat dan lembab meski di siang hari. Lepas Pos IV menuju Pos V jalur masih "menyiksa", bahkan lebih berat.
Pukul 12.40 kami tiba di Pos V. Meski agak luas, Pos V ini hanya bisa untuk membangun 2 tenda saja. Pos ini juga sering di sebut Pos VI. Kami rehat untuk mengisi perut. Cuaca sangat khas Salak kembali kami temui yaitu kabut tebal dan gerimis. Dingin mulai menusuk padahal masih tengah hari. Dari Pos V, saya, Adot, Fahrul dan Dani bergerak lebih dulu menuju puncak untuk membuka camp. Jika sejak basecamp hingga Pos V jalur sudah sangat "menyiksa", maka jalur dari Pos V menuju puncak adalah puncak dari "penyiksaan". Dua hingga tiga jam terakhir tidak akan ada bonus yang di temui. Pendaki harus bersiap untuk selalu mempertemukan lutut dengan dada dan dagu...bisa di bayangkan kan? Salah satu yang membuat Salak II termasuk gunung dengan jalur terberat adalah sudah mendekati puncak pun treknya masih tanah dan licin. Pacet dan kawan-kawannya harus sudah kita "akrabi" sejak awal.
Saya ga akan bahas berat jalurnya saat menjelang puncak seperti apa, biar teman-teman yang belum pernah mencobanya sendiri...hehe *ketawa jahat*.
Jembatan Ampela...salah satu titik berbahaya di jalur Salak II |
Alhamdulillah setelah melewati jembatan "Ampela" alias Ambles Pasti Lewat, 15 menit kemudian kami berhasil tiba di puncak lagi dengan selamat. Puncak Pribumi Salak II 2180 mdpl. Plang puncak yang pernah saya pasang beberapa tahun lalu juga masih menempel di tempatnya. Cuaca relatif cerah untuk ukuran Salak II. Hanya berkabut tebal saja.
Kami melewati malam dengan sedikit gerimis, itupun hanya sebentar. Istirahat kami sangat maksimal.
Camp kami di Puncak Salak II |
Camp kami dengan flysheet beberapa lapis untuk antisipasi badai di puncak |
Kecilnya puncak Salak II, hanya cukup maksimal 5 tenda |
Day 3, 28 Februari 2016
Pukul 5 saya bangun untuk shalat subuh. Selesai shalat saya memasak air dan menyeduh kopi. Pukul 6, teman-teman yang lain pun bangun. Langsung ambil posisi masak...hehe. Seperti biasa, cuaca pagi ini pun seperti yang sudah-sudah, mendung berkabut, daaan...di luar perkiraan, turunlah hujan yang sangat deras. Hujan yang tak berhenti hingga siang. Akhirnya dengan memperhitungkan waktu untuk turun, kami terpaksa bongkar tenda dan packing di bawah guyuran hujan, sebab target kami selambat-lambatnya pukul 12.00 kami sudah harus mulai turun.
Tepat pukul 11.30 kami mulai turun. Melintasi jalur yang basah oleh hujan bukanlah soal mudah, mengingat ekstrimnya jalur Salak II. Beberapa dari kami harus rela alat dan pakaian rusak. Adot sepatunya jebol, Fahrul celananya compang camping robek dan akhirnya harus di gunting hingga pangkal paha karena sering tersangkut dahan dan duri. Angkas yang kakinya cidera karena berulang kali jatuh. Yang lainnya "cidera standar", kulit tergores-gores onak dan dahan serta sedikit memar-memar karena sering terperosok jatuh. Kami turun relatif cepat, pukul 15.00 kami sudah tiba di Pos I. Disini kami beristirahat agak lama sambil membersihkan kaki dan tangan dari pacet yang sudah gemuk-gemuk.
Dan Pacet pun berpesta dengan darah kami... |
Pukul 16.15 kami akhirnya tiba di basecamp Curug Nangka. Alhamdulillah, semua selamat dan sehat. Salak II memang keren lah, pendek tapi nendang...selalu nendang. Saya ga pernah bosan kesini, selalu ada hal baru yang saya pelajari di setiap pendakiannya. Ga salah kalau Salak II menjadi gunung dengan jalur tersulit dan terberat kedua di pulau Jawa setelah Raung. Raung adalah gunung tersulit jika jalurnya di ukur selepas Pos VIII-nya menuju puncak. Di Salak II, sedari mulai naik sampai puncak jalurnya sudah berat dan sulit. Untuk teman-teman yang ingin belajar mengenal tumbuhan dan tanaman untuk survival disinilah tempatnya. Hutan Salak sangat heterogen. Yang ingin menguji mental dan ketahanan fisik, Salak II juga bisa jadi referensi. Disini juga cocok untuk berlatih kekompakan tim dalam menghadapi tantangan alam dan cuaca.
Tapi, bagi pendaki yang cuma ngejar selfie dan alay yang cuma mau nyampah, ini bukan tempat yang cocok.
Tapi, bagi pendaki yang cuma ngejar selfie dan alay yang cuma mau nyampah, ini bukan tempat yang cocok.
Demikian sekilas cerita nostalgia saya ke Salak II via Curug Nangka. Mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak sesuai dan menyinggung pihak lain.
Note :
Untuk teman-teman yang perlu info lebih detail atau berminat mencoba mendaki Salak II dan memerlukan pemandu bisa menghubungi saya di :
1. Pin BB 745565CE
2. WA only 08111181225
3. Email : cliff.klie@gmail.com
Untuk teman-teman yang perlu info lebih detail atau berminat mencoba mendaki Salak II dan memerlukan pemandu bisa menghubungi saya di :
1. Pin BB 745565CE
2. WA only 08111181225
3. Email : cliff.klie@gmail.com
Terima kasih...Salam Lestari
Sarapan harus kami lakukan berdesakan dalam tenda karena hujan deras |
Masih suasana awal jalur pendakian |
Rimbun dan rapatnya vegetasi disepanjang jalur pendakian |
Jalur selepas Pos I |
Kotoran hewan di jalur pendakian. Banyak kotoran serupa yang kami temui . |
Tempat yang ideal untuk Pacet dan kawan-kawan |
Hutan bambu yang kedua dari tiga hutan bambu yang kami lewati |
Shelter bayangan pertama , cukup untuk 2 tenda |
Hutan bambu yang pertama, 15 menit dari basecamp |
Ga ada foot print yang bisa di jadikan petunjuk |
Jalur yang tidak jelas mengharuskan pendaki untuk sangat berhati-hati |
Camping Ground Curug Nangka |
Warung tempat kami bermalam sebelum mendaki |
Fasilitas mushala di camp ground Curug Nangka, kurang terawat |
Fasilitas toilet |
Area sekitar camp ground |