Jumat, 26 Februari 2016

Nostalgia di Jalur Curug Nangka --- Salak II 2180mdpl

Plang Puncak Salak II yang saya pasang beberapa tahun lalu

Entah saya lagi kesambet atau gimana, tiba-tiba ngidam pengen naik ke Salak II via Curug Nangka. Pengen pake banget. Padahal intensitas hujan dan angin lagi tinggi-tingginya. Banyak hobiis gunung alias yg suka mendaki pada gantung keril di bulan Februari seperti ini. Sebelumnya saya sudah berusaha nyari partner untuk naik, tapi karena alasan cuaca, tak ada satupun yang menyambut ajakan saya mendaki Salak II.

Saya rasa sudah banyak teman-teman yang tau gimana beratnya mendaki gunung Salak, apalagi Salak II. Tapi, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada kondisi alam, alasan saya tetap mendaki di musim seperti ini adalah cuaca di Salak II yang unpredictable . Hujan turun nyaris sepanjang tahun, sehingga bagi saya pribadi tak ada waktu dan kondisi yang ideal untuk mendaki Salak II.

Secara legal, Salak II hanya memiliki satu jalur pendakian, yaitu via Curug Nangka. Tapi kira-kira sejak tahun 2006-2007 jalur pendakian ke puncak Salak II sudah resmi di tutup sehingga secara aturan tidak ada lagi jalur pendakian untuk mencapai puncaknya. Kalaupun masih ada yang bisa naik ke puncaknya itu pasti pribumi setempat atau rombongan pendaki yang di guide pribumi. Secara hukum tetap saja ilegal, tetapi dengan pertimbangan kearifan lokal, maka asalkan di dampingi pribumi yang benar-benar menguasai dan mengenal jalur, petugas TNGHS pun memberi "ijin".
Ini merupakan "kunjungan" saya yang pertama ke Salak II sejak 2014. Baca Puncak Pribumi---Salak II 2180mdpl---Dahsyatnya Jalur Laba-Laba.

Day I Bogor
26 Februari 2016
Setelah mempersiapkan peralatan tempur, plus bendera GCI, Jumat malam,
, saya memacu si Jagur, tunggangan andalan yang setia menemani saya sepuluh tahun terakhir. Ternyata di hari yang sama beberapa teman dari Cileungsi --- sebelumnya kami pernah mendaki bareng ke Merbabu dan Merapi---juga akan mendaki. Jadilah saya yang sudah siap solo hiking bergabung dengan mereka. Solo hiking itu nikmat, tapi hiking bersama teman jauh lebih baik.
Pukul 23.00, saya tiba di meeting point yang di sepakati, dan setelah berbelanja logistik yang di perlukan, empat puluh lima menit kemudian kami pun meluncur ke arah Curug Nangka. Hujan gerimis menemani perjalanan. Setelah membayar retribusi di dua gerbang kami pun memarkirkan motor di sisi kanan atas area Curug Nangka, dekat dengan gerbang masuk Herman Lantang Camp, area perkemahan milik salah seorang legenda dunia pendakian Indonesia, Om Herman Lantang.

Day 2, 27 Februari 2016
01.15 am
Semakin malam hujan bertambah deras. Untuk malam ini kami memutuskan untuk tidur di teras panggung sebuah warung yang kosong. Rencananya kami akan mulai start naik pukul enam pagi. Saya pun segera mengambil posisi untuk bobo cantik...maklum, keterbatasan kondisi fisik. Saya biarkan saja teman-teman yang lain yang rata-rata usianya setengah umur saya, bercanda menghabiskan malam. Tidur yang tidak nyenyak, hampir setiap jam saya terbangun. Pukul 4.00, hujan turun lebih deras, hingga kami bangun dan bersiap pukul 6.30 masih juga belum reda.
Alhamdulillah, pukul 7.30 hujan reda berganti gerimis halus. Segera saja kami bergegas dan mulai mendaki. 

Jalur awal pendakian

Menerobos lebatnya vegetasi yang menutupi jalur

Pasca di tutup, hanya yang pernah naik ke Salak II yang tau dimana titik awal pendakian. Sehingga sangat tidak di sarankan pendaki yang belum mengenal jalur nekat naik tanpa berbekal kemampuan navigasi dan perbekalan pendukung lainnya. Saya anjurkan, minimal memakai jasa guide warga lokal atau orang yang sudah benar-benar mengenal jalur karena hingga Pos III dan IV banyak ditemui percabangan yang tidak semuanya akan bergabung menjadi satu jalur.
Awal naik, pendaki sudah harus berhadapan dengan trek dengan kemiringan 45°, harus pandai mengatur ritme jalan, sebaiknya pendaki melangkah perlahan saja. Setelah 15 menit, jika pendaki berada di jalur yang benar akan bertemu hutan bambu. Kita akan bertemu 3 hutan bambu sebelum mencapai Pos I. Akan di temui pula 3-4 shelter. Vegetasi sangat rimbun pun begitu dengan nyamuknya...banyak banget.

Kalo udah ketemu tanjakan akar ini berarti Pos I udah dekat

Pos I...ngambil air dari pipa aliran penduduk

30-45 menit kemudian akan ditemui pertigaan di puncak punggungan kecil. Untuk ke arah puncak harus mengambil arah kiri yang turun. Sebelum puncak punggungan kecil itu juga terdapat cabang di sebelah kiri jalur. Itu adalah jalur menuju / dari Pura.
Pos I dapat di capai setelah berjalan 75-90 menit. Salah satu tanda Pos I sudah dekat, pendaki akan bertemu tanjakan sangat curam nyaris vertikal, dimana untuk melewatinya pendaki harus sedikit memanjat. Di Pos I ini terdapat sumber air dari aliran pipa penduduk. Disini tidak ideal untuk membuat camp karena bidangnya miring dan penuh akar. Di sebelah kanan Pos I adalah jurang cukup dalam dengan ketinggian kurang lebih 30 meter.

Pemandangan dari Pos III, akhirnya bisa melihat ke bawah tanpa terhalang pepohonan

Menuju Pos II di perlukan waktu 30-45 menit. Tidak ada penanda di Pos II sehingga pendaki sering tidak menyadari. 20-30 menit sebelum Pos III, terdapat jalur tikus ke arah kanan, itu adalah jalur menuju / dari Gunung Malang, jalur yang berbahaya dan sangat jarang di lintasi. Jalur tikus itu tidak terlihat jika dari arah menuju puncak. Pos III sendiri merupakan bidang sempit sedikit miring yang hanya cukup untuk satu tenda. Dari sini pemandangan ke arah kota sangat indah jika cuaca cerah. Pos III juga merupakan titik pertama dimana mata kita bisa melihat dengan leluasa ke arah bawah tanpa terhalang pepohonan.

Otw Pos V...makin berat jalurnya
Nikmati saja "siksaannya"...hehe

Break makan siang di Pos V

Masih di area Pos V, hujan sering turun di area ini

Plang penunjuk arah yang pernah saya pasang, masih menempel dengan baik

Tiga puluh menit selanjutnya pendaki akan bertemu dengan jalur yang "menyiksa" sebelum tiba di Pos IV. Pos IV ini cukup untuk membangun 3-4 tenda, di sini vegetasi sangat rapat dan lembab meski di siang hari. Lepas Pos IV menuju Pos V jalur masih "menyiksa", bahkan lebih berat.
Pukul 12.40 kami tiba di Pos V. Meski agak luas, Pos V ini hanya bisa untuk membangun 2 tenda saja. Pos ini juga sering di sebut Pos VI. Kami rehat untuk mengisi perut. Cuaca sangat khas Salak kembali kami temui yaitu kabut tebal dan gerimis. Dingin mulai menusuk padahal masih tengah hari. Dari Pos V, saya, Adot, Fahrul dan Dani bergerak lebih dulu menuju puncak untuk membuka camp. Jika sejak basecamp hingga Pos V jalur sudah sangat "menyiksa", maka jalur dari Pos V menuju puncak adalah puncak dari "penyiksaan". Dua hingga tiga jam terakhir tidak akan ada bonus yang di temui. Pendaki harus bersiap untuk selalu  mempertemukan lutut dengan dada dan dagu...bisa di bayangkan kan? Salah satu yang membuat Salak II termasuk gunung dengan jalur terberat adalah sudah mendekati puncak pun treknya masih tanah dan licin. Pacet dan kawan-kawannya harus sudah kita "akrabi" sejak awal.
Saya ga akan bahas berat jalurnya saat menjelang puncak seperti apa, biar teman-teman yang belum pernah mencobanya sendiri...hehe *ketawa jahat*.

Jembatan Ampela...salah satu titik berbahaya di jalur Salak II

Alhamdulillah setelah melewati jembatan "Ampela" alias Ambles Pasti Lewat, 15 menit kemudian kami berhasil tiba di puncak lagi dengan selamat. Puncak Pribumi Salak II 2180 mdpl. Plang puncak yang pernah saya pasang beberapa tahun lalu juga masih menempel di tempatnya. Cuaca relatif cerah untuk ukuran Salak II. Hanya berkabut tebal saja.
Kami melewati malam dengan sedikit gerimis, itupun hanya sebentar. Istirahat kami sangat maksimal. 

Camp kami di Puncak Salak II

Camp kami dengan flysheet beberapa lapis untuk antisipasi badai di puncak

Kecilnya puncak Salak II, hanya cukup maksimal 5 tenda

Day 3, 28 Februari 2016
Pukul 5 saya bangun untuk shalat subuh. Selesai shalat saya memasak air dan menyeduh kopi. Pukul 6, teman-teman yang lain pun bangun. Langsung ambil posisi masak...hehe. Seperti biasa, cuaca pagi ini pun seperti yang sudah-sudah, mendung berkabut, daaan...di luar perkiraan, turunlah hujan yang sangat deras. Hujan yang tak berhenti hingga siang. Akhirnya dengan memperhitungkan waktu untuk turun, kami terpaksa bongkar tenda dan packing di bawah guyuran hujan, sebab target kami selambat-lambatnya pukul 12.00 kami sudah harus mulai turun.

Tepat pukul 11.30 kami mulai turun. Melintasi jalur yang basah oleh hujan bukanlah soal mudah, mengingat ekstrimnya jalur Salak II. Beberapa dari kami harus rela alat dan pakaian rusak. Adot sepatunya jebol, Fahrul celananya compang camping robek dan akhirnya harus di gunting hingga pangkal paha karena sering tersangkut dahan dan duri. Angkas yang kakinya cidera karena berulang kali jatuh. Yang lainnya "cidera standar", kulit tergores-gores onak dan dahan serta sedikit memar-memar karena sering terperosok jatuh. Kami turun relatif cepat, pukul 15.00 kami sudah tiba di Pos I. Disini kami beristirahat agak lama sambil membersihkan kaki dan tangan dari pacet yang sudah gemuk-gemuk.

Dan Pacet pun berpesta dengan darah kami...

Pukul 16.15 kami akhirnya tiba di basecamp Curug Nangka. Alhamdulillah, semua selamat dan sehat. Salak II memang keren lah, pendek tapi nendang...selalu nendang. Saya ga pernah bosan kesini, selalu ada hal baru yang saya pelajari di setiap pendakiannya. Ga salah kalau Salak II menjadi gunung dengan jalur tersulit dan terberat kedua di pulau Jawa setelah Raung. Raung adalah gunung tersulit jika jalurnya di ukur selepas Pos VIII-nya menuju puncak. Di Salak II, sedari mulai naik sampai puncak jalurnya sudah berat dan sulit. Untuk teman-teman yang ingin belajar mengenal tumbuhan dan tanaman untuk survival disinilah tempatnya. Hutan Salak sangat heterogen. Yang ingin menguji mental dan ketahanan fisik, Salak II juga bisa jadi referensi. Disini juga cocok untuk berlatih kekompakan tim dalam menghadapi tantangan alam dan cuaca.
Tapi, bagi pendaki yang cuma ngejar selfie dan alay yang cuma mau nyampah, ini bukan tempat yang cocok.

Demikian sekilas cerita nostalgia  saya ke Salak II via Curug Nangka. Mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak sesuai dan menyinggung pihak lain.

Note :
Untuk teman-teman yang perlu info lebih detail atau berminat mencoba mendaki Salak II dan memerlukan pemandu bisa menghubungi saya di :
1. Pin BB 745565CE
2. WA only 08111181225
3. Email : cliff.klie@gmail.com
Terima kasih...Salam Lestari


Sarapan harus kami lakukan berdesakan dalam tenda karena hujan deras

Masih suasana awal jalur pendakian

Rimbun dan rapatnya vegetasi disepanjang jalur pendakian

Jalur selepas Pos I

Kotoran hewan di jalur pendakian. Banyak kotoran serupa yang kami temui
.
Tempat yang ideal untuk Pacet dan kawan-kawan

Hutan bambu yang kedua dari tiga hutan bambu yang kami lewati

Shelter bayangan pertama , cukup untuk 2 tenda

Hutan bambu yang pertama, 15 menit dari basecamp

Ga ada foot print yang bisa di jadikan petunjuk

Jalur yang tidak jelas mengharuskan pendaki untuk sangat berhati-hati

Camping Ground Curug Nangka

Warung tempat kami bermalam sebelum mendaki

Fasilitas mushala di camp ground Curug Nangka, kurang terawat

Fasilitas toilet

Area sekitar camp ground

Rabu, 24 Februari 2016

Ketika Nyalimu di Uji --- Raung 3344 mdpl via Kalibaru

Rasanya pantat saya tepos, padahal belum genap dua jam saya duduk di gerbong 1 kereta Sri Tanjung jurusan Surabaya Gubeng - Banyuwangi Baru. Mata pun masih mengantuk. Tapi saya ga ada pilihan lain untuk transportasi yang lebih murah selain kereta yang sedang saya naiki ini. Untuk mencapai Surabaya pun saya menumpang kereta semalam. 

Kalau di hitung-hitung dari Jakarta sampai Banyuwangi, perjalanan dengan kereta api ini memakan waktu 17 jam di luar transit.
Dari Jakarta saya naik KA. Kertajaya Tambahan keberangkatan pukul 23.15. Tiba di Surabaya Ps.Turi esok harinya pukul 10.45. Dari stasiun Surabaya Ps.Turi saya melanjutkan ke stasiun Surabaya Gubeng dengan taksi. Dan kemudian kembali naik kereta untuk menuju Banyuwangi, tepatnya stasiun Kalibaru. Dari Gubeng kereta berangkat pukul 14.30, jadwal tiba di Kalibaru pukul 19.41.

Di kereta saya sempat mengalami kejadian yang tidak mengenakkan, saya nyaris tertipu oknum yang mengatas namakan salah seorang dari tim RASadventure. Tim yang saya sebut tadi adalah salah satu trip organizer yang sering di rekomendasikan bagi pendaki jika ingin naik ke Puncak Sejati Raung.
Ya, saya memang sedang dalam perjalanan untuk mendaki Raung Puncak Sejati. Dan untuk tujuan itu saya bergabung dalam salah satu trip rutin RASadventure

Saya tiba di Kalibaru tepat pukul 19.41 sesuai jadwal yang seharusnya. Tukang ojeg langsung menghampiri saat saya keluar stasiun. Semua tukang ojeg di Kalibaru pasti langsung menawarkan untuk mengantar ke basecamp Ibu Suto jika melihat orang yang membawa keril.

Mejeng di depan basecamp

Pendakian gunung Raung ke Puncak Sejati memang semakin ramai sejak tahun 2013, bersamaan dengan aktifnya RASadventure mempromosikan. Sebelumnya frekuensi pengunjung yang datang biasa-biasa saja ke gunung yang rintisan jalurnya di buka oleh organisasi pecinta alam Pataga Untag Surabaya. Ramainya pendaki yang datang membawa berkah tersendiri bagi penduduk lokal, salah satunya bagi Ibu Suto. Kediaman beliau di jadikan basecamp oleh setiap pengunjung sebelum dan sesudah melakukan pendakian. Untuk mencapai basecamp ibu Suto, dari stasiun Kalibaru, diperlukan waktu 15-20 menit naik ojeg dengan ongkos rp.30.000,-.

Rumah Ibu Suto
Fasilitas toilet di basecamp
Dapur basecamp

Ruangan yang kami tempati di basecamp

Kediaman ibu Suto terletak di sebelah kanan jalan, tepatnya di Jalan Air Terjun Wonorejo, dusun Wonorejo Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi. Rumah sederhana yang menyediakan tiga ruangan khusus untuk pendaki beristirahat. Tidak ada biaya khusus yang di patok untuk menginap disini kecuali untuk makan dan lain-lain.

Sarapan sebelum mulai nanjak

Berikut detail perjalanan saya mendaki Gunung Raung 3344 mdpl via Kalibaru :

D1 - Trail I : Basecamp -Pos I / Camp I

Santai di Camp 1 sebelum mulai nanjak

Pos I terletak di ketinggian 980 mdpl. Berjarak 5600 meter dari basecamp . Kebanyakan pendaki memilih menggunakan jasa ojeg yang bisa di pesan di basecamp dengan tarif  Rp.35.000,- untuk sekali jalan. Waktu tempuh dengan ojeg kurang lebih 25 menit. Jauh lebih menghemat waktu daripada berjalan kaki yang membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Menumpang ojeg menuju Pos I membutuhkan  "keberanian" tersendiri sebab jalanannya yang kecil dan "offroad". Jika si tukang ojeg tidak terampil dan menguasai medan, bisa-bisa penumpang terpental jatuh.
Pos I terletak di sebelah kanan jalur. Terdapat bangunan rumah dan halaman yang cukup luas.

Trail 2 :
Pos I / Camp I - Pos 2 / Camp 2 Awal jalur pendakian adalah kebun kopi milik warga lokal. Jalur masih relatif landai dan mudah di lewati. Jarak antara Pos I dan Pos 2 adalah yang terjauh, yaitu sekitar 2-3 jam. Terdapat beberapa shelter bayangan sebelum pendaki mencapai Pos 2 yang berada di ketinggian 1431 mdpl. Total jarak yang ditempuh untuk tiba di pos ini sekitar 3900m. Pos 2 merupakan area yang luas, cukup untuk 10-12 tenda kapasitas 4 orang.

Trail 3 :
Pos 2 / Camp 2 - Camp 3
Kondisi vegetasi selepas Camp 2 masih rapat dan lembab. Di awali dengan satu turunan panjang sebelum berhadapan dengan tanjakan demi tanjakan yang cukup terjal. Untuk menuju Camp 3 diperlukan waktu kurang lebih 50-75 menit dengan jarak tempuh 1070 meter. Camp 3 terletak di ketinggian 1656 mdpl. Area Camp 3 tidak terlalu besar, hanya cukup untuk 4-5 tenda kapasitas 4 orang. Biasanya, Camp 3 jadi salah satu pilihan pendaki untuk beristirahat di hari pertama selain di Camp 4.

Trail 4 :
Camp 3 - Camp 4
Santai di Camp 4 sebelum menuju Camp 5

Tenda kami di Camp 4

Jalur pendakian menuju Camp 4 semakin terjal, didominasi setapak kecil yang di apit pepohonan besar. Bau lembab humus sangat terasa, terlebih jika turun hujan. Sesekali ditemui jalur menurun. Jarak Camp 3 menuju Camp 4 sekitar 1400 meter yang memakan waktu 50-70 menit. Area Camp 4 sedikit lebih besar dari Camp 3, bisa menampung 6-8 tenda. Camp 4 merupakan bidang memanjang dengan tekstur tanah bercampur pasir dan kerikil kecil.

D2 - Trail 5
Camp 4 - Camp 5

Jalur menuju Camp 5
Area Camp 5, kecil dan tidak ideal untuk membangun tenda

700 meter adalah jarak tempuh untuk menuju Camp 5 yang berada di ketinggian 2115 mdpl. Dengan berjalan santai namun konstan umumnya dapat di capai dalam waktu 45-75 menit. Kondisi jalur lebih terjal dari sebelum-sebelumnya. Vegetasi masih sama, pepohonan tinggi dan rimbun. Camp 5 tidak ideal untuk membangun tenda.

Trail 6
Camp 5 - Camp 6 / Pos 3

Area Camp 6

Waktu yang di perlukan untuk menuju Camp 6 juga relatif sama seperti Camp sebelumnya yaitu sekitar 40-60 menit. Berada di ketinggian 2440 mdpl, jarak yang harus di tempuh adalah 400m. Di Camp 6 ini area nya hanya cukup untuk 2-3 tenda saja.

Trail 7
Camp 6 - Camp 7

Jalur menuju Camp 6

Kondisi jalur menuju Camp 7 lebih curam dan terjal. Biasanya pendaki mulai kehabisan tenaga saat akan mencapai Camp 7 yang berada di ketinggian 2541 mdpl. Dengan jarak tempuh 900 meter, waktu yang dibutuhkan adalah 1 jam 15 menit. Camp 7 merupakan area yang cukup luas, bisa menampung 12-14 tenda. Camp ini merupakan pilihan pendaki untuk bermalam sebelum melakukan summit attack di dini harinya. Dulunya, sebelum Camp 7 dibuka lebih luas, pendaki yang akan menuju Puncak Sejati seringkali harus membuat camp di Camp 8 atau 9 sebelum melakukan summit attack . Camp 7 adalah salah satu tempat paling ideal meskipun termasuk area yang rawan sebab merupakan jalur lintasan angin. Sebelum mencapai Camp 7, pendaki akan melewati dua shelter yang berjarak masing-masing 30 menit.

Membangun tenda di Camp 7, hari kedua
Sunset di Camp 7
Lautan awan ketika sunset di Camp 7

Istirahat di Camp 7
Dapur kami di Camp 7


Packing sebelum turun dari Camp 7

D3 - Trail 8 :
Camp 7 - Camp 8
Jika akan melakukan summit attack dari Camp 7, pendaki hanya membawa peralatan climbing dan logistik secukupnya. Idealnya summit attack di mulai pukul 2 dinihari bagi tim dengan jumlah personil banyak. Sedangkan bagi tim kecil umumnya berselang 1-2 jam kemudian. Jalur menuju Camp 8 sangat terjal, sehingga pendaki harus lebih berhati-hati. Tanjakan-tanjakan curam bertekstur tanah harus terus di hadapi untuk mencapai Camp 8 di ketinggian 2876 mdpl. Curamnya jalur membuat jarak 700 meter bisa di tempuh "hanya" dalam waktu 45 menit saja. Camp 8 merupakan bidang datar yang cukup untuk 2 tenda saja.

Trail 9
Memasang body harness di Camp 9

Camp 8 - Camp 9

Pohon yang menjadi ikon Camp 8


Meskipun masih terjal, namun kondisi jalur menuju Camp 9 tidaklah seberat menuju Camp 8 yang sangat menguras tenaga.
Berada di ketinggian 3023 mdpl, dengan jarak tempuh 400 meter  waktu yang diperlukan untuk mencapai Camp 9 kurang lebih 40-50 menit. Sama halnya seperti Camp 8, Camp 9 juga merupakan bidang datar kecil yang hanya bisa memuat 2-3 tenda saja. Di Camp 9 ini biasanya pendaki mulai memasang harness atau body harness berikut peralatan safety -nya seperti carabiner dan prusik.

Trail 10
Camp 9 - Puncak Bendera

Persiapan menuju Puncak Bendera

Sunrise menjelang Puncak Bendera

Alhamdulillah bisa sampe di Puncak Bendera
Melipir pinggiran tebing dari Puncak Bendera

Jarak Camp 9 ke Puncak Bendera sangatlah dekat, sekitar 15-20 menit saja. Puncak ini memiliki ketinggian 3159 mdpl, dan merupakan puncak pertama dari rangkaian 4 puncak gunung Raung. Dari Puncak Bendera, jika cuaca cerah pendaki bisa melihat laut di pesisir Banyuwangi. Dari sini juga terlihat jelas pegunungan Hyang yang terkenal dengan Argopuro sebagai puncak tertingginya. Semeru, Arjuno dan Welirang juga terlihat.

Melipir jalur dengan jurang di kanan kiri menuju Ekstrim 1

Turun dari Puncak Bendera menuju Ekstrim 1

Trail 11 :
Puncak Bendera - Puncak 17

Wilco saat menaiki Ekstrim 1

Saya saat berusaha naik melintasi Ekstrim 1

Rijal naik memasang safety untuk di Ekstrim 2
Saya tiba di atas Ekstrim 2

Jalur selepas Puncak Bendera sangatlah curam. Pendaki harus menelusuri jalur menurun dan berbatu dengan jurang di sebelah kanan dan kiri. Disinilah adrenalin mulai terasa naik. Di perlukan waktu sekitar 45-60 menit untuk bisa menjejak Puncak Bendera yang ketinggiannya 3108 mdpl.

Saling bantu mengontrol regangan tali (menuju Ekstrim 2)
Saya naik ke Ekstrim 2
Saya di Puncak 17
Puncak 17 di lihat dari Puncak Bendera

Setelah melewati turunan sejauh 260 meter, pendaki akan berhadapan dengan jalur tipis yang memutari tebing vertikal yang lebih dikenal dengan Ekstrim I.

Antri untuk naik ke Ekstrim 2 (ke Puncak 17)


Puncak Bendera dilihat dari atas Ekstrim 2

Mutlak diperlukan peralatan climbing yang memadai untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah Ekstrim I, tantangan selanjutnya adalah Ekstrim 2 yaitu bidang vertikal setinggi 8-9 meter yang harus di panjat untuk bisa menjejak Puncak 17. Jika pendaki merasa kurang mantap / berani untuk naik ke Puncak 17, mereka bisa memilih jalur yang melipir sisi kanan tebing. Jalur ini sangat tipis dengan jurang terbuka yang sangat dalam. Melintasi jalur inipun tetap harus dengan peralatan yang safety.
Jika pendaki memilih naik maka 100 meter kemudian akan ditemui penanda Puncak 17.

Trail 12
Puncak 17 - Puncak Tusuk Gigi

Bergantian turun dari Puncak 17

Puncak 17 dilihat dari Ekstrim 4
Melintas Sirathal Mustaqim, menuju Ekstrim 4

Dari Puncak 17 pendaki yang lewat Puncak 17 ataupun yang melipir pinggiran tebing harus berani melewati titik Ekstrim 3 yang populer dengan nama Jembatan Sirathal Mustaqim, sebuah setapak kecil dan curam. Lebarnya tidak lebih dari 40 centimeter sepanjang 100 meter dengan jurang menganga di sebelah kanan dan kirinya. Diperlukan ketenangan dan keyakinan kuat agar mental tetap terjaga saat melintasi jalur ini.
Inilah jalur Sirathal Mustaqim yang tersohor itu

Meniti Sirathal Mustaqim, di lihat dari bawah tebing sebelum Ekstrim 4

Arif memasang safety untuk melintas Ekstrim 3
Saya duduk menunggu safety selesai di pasang untuk melintas Ekstrim 3

Selepas jembatan "Sirathal Mustaqim" pendaki akan tiba di ujung punggungan. Di ujung punggungan adalah turunan nyaris vertikal setinggi 10-12 meter. Titik ini dikenal sebagai Ekstrim 4.

Rijal memasang safety untuk turun dari Ekstrim 4
Antri menuruni Ekstrim 4

Menuruni Ekstrim 4

Jalur awal menuju Puncak Tusuk Gigi selepas Ekstrim 4

Lewat dari Ekstrim 4, pendaki tinggal menelusuri bidang miring menurun sejauh 300 meter untuk mulai melangkah menuju Puncak Tusuk Gigi.

Saya di Puncak Tusuk Gigi

Meski curam dan sangat terjal dan rawan longsor, jalur menuju ke puncak tersebut masih bisa di lewati tanpa alat bantu. Diperlukan waktu 2 jam dari Puncak 17 ke Puncak Tusuk Gigi. Di namakan Puncak Tusuk Gigi karena terdapat deretan bebatuan besar menjulang bak monumen menyerupai tusuk gigi.

Trail 13 :
Puncak Tusuk Gigi - Puncak Sejati

Maha Besar Allah dengan segala ciptaanNya

Salah satu perjuangan yang mendebarkan adalah saat menuju Puncak Tusuk Gigi dimana pendaki harus sangat berhati-hati agar tidak meruntuhkan batu yang bisa berakibat fatal bagi pendaki yang di bawahnya. Dari Puncak Tusuk Gigi hanya diperlukan waktu 15 menit untuk mencapai Puncak Sejati gunung Raung 3344 mdpl. Puncak Sejati adalah bidang kecil sedikit miring, sehingga pendaki harus tetap berhati-hati saat akan berfoto-foto. Kawah gunung Raung merupakan salah satu kawah aktif terbesar di Pulau Jawa. Jika cuaca cerah, pendaki bisa dengan jelas memandang ke segala arah.

Bendera GCI berhasil menjejak Puncak Sejati

Akhirnya sampe juga di Puncak Sejati...Alhamdulillah

Bersama guide kami, Arif dari RASadventure

Kawah Raung pagi itu

###########The End########

Rundown Ideal :
D1 Bermalam di Camp 4
D2 Bermalam di Camp 7
D3 Summit dan kembali bermalam di Camp 7
D4 Turun ke basecamp.

Durasi Pendakian :
-St.Kalibaru - BC ibu Suto 20 menit dengan ojeg.
-BC ibu Suto Pos I 25-30 menit dengan ojeg
-Pos I - Camp 2/Pos II 2-3 jam
-Camp 2 - Camp 3 45-60 menit
-Camp 3 - Camp 4 50-60 menit
-Camp 4 - Camp 5 45-60 menit
-Camp 5 - Camp 6/Pos III 50-70 menit
-Camp 6 - Camp 7 60-75 menit
-Camp 7 - Camp 8 50-70 menit
-Camp 8 - Camp 9 45-60 menit
-Camp 9 - Puncak Bendera 15 menit
-Puncak Bendera - Puncak 17 1 jam
-Puncak 17 - Tusuk Gigi 2 jam
-Tusuk Gigi - Puncak Sejati 15 menit.

Beberapa hal penting terkait pendakian ke Puncak Sejati :
1. Setiap pendaki wajib membawa minimal 7,5 liter air.
2. Wajib memakai gaiter dan sepatu
3. Logistik yang cukup dan efektif
4. Ada leader yang menguasai medan pendakian
5. Membawa peralatan safety climb yang cukup seperti Helm, Kernmantel, Carabiner, Figur, Jumar dll.


Note :
Jika teman-teman membutuhkan guide, sewa peralatan climbing, porter ataupun info lainnya silakan hubungi : 

- Pin BB D0ACE655
- WA / SMS Only : 0811-118-1225.
- E-mail : cliff.klie@gmail.com

























`
















Arif, Wilco, Bu Suto, Saya dan Rijal