Senin, 10 Februari 2014

Duka Di Lereng Sinabung

Hari pertama di bulan Februari 2014 ini sebenarnya cukup cerah jika dibanding dengan hari-hari sebelumnya yang selalu hujan atau minimal mendung. Tapi sayang karena ulah bodoh beberapa orang, cerahnya hari ini jadi berbalut mendung akibat kabar duka. Iya, saya bilang memang karena ulah bodoh lah kabar duka ini terjadi.
Kabar duka yang saya maksud yaitu meninggalnya 14 orang di lereng Gunung Sinabung siang tadi akibat terjangan awan panas. Awalnya saya berpikir itu murni kecelakaan yang bukan di sebabkan kelalaian manusia, tapi setelah mendapat kabar dari beberapa rekan dan media akhirnya saya tahu kalau musibah ini akibat ulah bodoh para korban sendiri.
Saya bukan tidak berempati dengan para korban, sungguh saya sangat sedih mendengarnya tapi rasa sedih saya juga berbanding lurus dengan rasa kesal saya terhadap para korban. Bagaimana tidak? Selama 5 bulan terakhir Sinabung erupsi bisa di bilang segala hal yang menyangkut keselamatan para penduduk sekitar sangat terjaga dan terkendali. Hasil kerja keras yang baik dari tim BPBD-nya. Benar bahwa ada korban meninggal dunia beberapa orang tetapi bukan di akibatkan kelalaian penanganan tim BPBD atau Basarnas atau apalah namanya. Korban meninggal tersebut karena faktor usia (lansia) dan meninggalnya pun di rumah sakit.
Jadi miris rasanya sekaligus konyol setelah penanganan dan pengendalian yang begitu baik selama 5 bulan kok tiba-tiba jatuh korban jiwa dan langsung dalam jumlah yang bisa di bilang massive. Saya ga habis pikir aja dengan orang-orang yang menjadi korban itu, apa yang ada dalam benaknya kok berani-beraninya masuk ke area atau zona steril yang telah di tetapkan BPBD. Apa di pikirnya erupsi gunung itu suatu hal yang lumrah dan tidak berbahaya? apa di pikirnya yang namanya awan panas itu hanya panas sebatas nama?
Saya pendaki walau bukan profesional, dan saya juga pernah mendaki gunung berapi seperti Merapi Yogya. Orang-orang tahu seperti apa bahayanya mendaki Gunung Merapi. Tapi saya tidak pernah bermain-main dengan yang namanya awan panas. Saya tahu persis dari literatur-literatur yang saya baca bahwa sesungguhnya di setiap gunung berapi yang sekalipun sedang tidak erupsi keberadaan awan panas itu harus selalu di waspadai. Kasarnya awan panas itu seperti selimut pembunuh, tidak bersuara gaduh, datang bergumpal tidak berwarna dengan kecepatan tinggi. Setiap makhluk hidup yang di lewatinya hampir pasti 90% akan mati. Bayangkan saja suhu terendahnya 400-an derajat Celcius, coba bandingkan dengan air mendidih yang di teteskan ke tangan (gimana tuh kulit kita?) padahal itu baru 100 derajat Celsius.
Kembali ke pokok pembicaraan, intinya saat saya tahu para korban itu berada di radius 3 kilometer dari puncak (jarak aman 5 kilometer) saya langsung merasa jengkel, dengan alasan apapun bahkan karena alasan harta benda sungguh sangat tidak logis apa yang mereka lakukan disana. Ditambah saya juga dapat info yang cukup update bahwa para korban tersebut mayoritas justru bukan penduduk asli sekitar melainkan para pencari berita dan ada juga yang sekedar ingin tahu kondisi lereng Sinabung. Geleng-geleng kepala saya...apakah tayangan berita di media elektronik belum cukup untuk meyakinkan mereka bahwa kondisi Sinabung belum kondusif dan jauh dari aman?
Semoga kejadian hari ini jadi pelajaran berharga untuk kita semua. Jangan pernah abaikan peringatan-peringatan yang telah di tetapkan oleh pihak terkait seperti BPBD. Jangan karena merasa diri adalah penduduk asli atau memiliki pengetahuan yang cukup tentang sesuatu lalu jadi pembenaran untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya konyol alias bunuh diri. Walau bagaimana orang-orang BPBD adalah tim yang telah di latih dan dalam setiap kebijakan yang di ambil telah melalui pertimbangan dan perhitungan yang lebih matang demi kepentingan dan keselamatan bersama. Semoga kejadian hari ini adalah yang terakhir dan tidak ada lagi ulah bodoh segelintir orang yang "sok tau" yang akhirnya malah bikin susah pihak lain. Kita manusia terlalu kecil dan ga berdaya untuk melawan kekuatan alam.
(kamarku,9pm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar