Kamis, 13 Februari 2014

Kecelakaan di Alam Bebas, Salah Siapa?



Lagi-lagi dalam tulisan ini saya membahas tentang rendahnya tingkat keselamatan para penggiat alam bebas saat di lapangan. Selalu ramai di beritakan kecelakaan atau musibah yang menimpa  penggiat alam bebas saat bulan-bulan yang di kenal sebagai puncaknya cuaca ekstrem. Akhir September hingga akhir Maret sudah umum di ketahui menjadi waktu yang tidak ideal untuk melakukan kegiatan di alam bebas. Tentu saja hal tersebut sudah menjadi hafalan di luar kepala bagi para penggiat yang jam terbangnya cukup tinggi dan berpengalaman.
Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di alam bebas tidak selalu di sebabkan faktor alam itu sendiri. Tidak bijak jika kita harus menyalahkan alam yang "tidak ramah" yang menjadi penyebab utama tingginya kecelakaan tersebut. Jika kita perhatikan secara seksama, korban-korban yang berjatuhan itu di dominasi para penggiat yang usianya masih relatif muda, dalam bahasa saya "nubie adventurer". Bisa di katakan yang menjadi korban cenderung ABG atau penggiat yang minim ilmu dan pengalaman. Memang ada juga korban dari penggiat senior tapi bisa di hitung jari jumlahnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam trend meningkatnya peminat penggiat alam bebas tidak di imbangi dengan edukasi yang memadai, baik dari pihak yang berkepentingan atau sekedar tayangan media.
Pada tulisan kali ini saya khusus ingin membahas tentang dampak dan tanggung jawab dari media. Media menurut saya memegang peranan yang sangat penting terhadap tingginya tingkat kecelakaan di alam bebas. Begitu banyak program televisi, tulisan-tulisan di koran, buku serial petualangan dan film yang menawarkan kegiatan dan petualangan alam bebas sebagai menu utamanya. Sebagai contoh, yang sangat fenomenal yaitu film "5 Cm". Film yang berlatar belakang Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu begitu "meracuni" anak-anak muda atau ABG yang dominan belum berpengalaman untuk mencoba mendaki.
Saya menyimak film tersebut dan dari versi saya, film tersebut tidak menunjukkan bagaimana mendaki gunung yang aman. Jadi para penontonnya yang mayoritas masih berusia muda pun akan berpikir "dengan alat dan bekal seadanya juga saya pasti bisa mencapai puncak gunung."
Oke-lah ada yang berkilah itu kan hanya film, yang mana hanya mengejar sisi komersial dan pembahasan utamanya adalah tentang persahabatan dan cinta. Tidak akan ada cukup ruang untuk menjelaskan secara detail faktor "safety" dalam pendakian. Fine, dengan berat hati saya pun coba terima alasan tersebut.
 Lalu bagaimana dengan program-program televisi yang memang sengaja di buat untuk membahas dan menjual "petualangan alam bebas"? Tidak perlu saya sebut lah nama-nama programnya toh teman-teman juga pasti tahu apa nama programnya. Pernahkah kalian perhatikan host maupun co-host nya? mendaki gunung, masuk hutan, berburu dan lain-lain hanya menyandang "daypack" alias tas kecil. Sebagai penggiat alam bebas saya marah melihatnya. Sebab utamanya yaitu TIDAK MUNGKIN melakukan kegiatan alam bebas dengan bawaan demikian simpel dan ringkas.
Saya tahu alasan host atau co-host hanya berbekal alat seadanya karena selain agar gerakannya fleksibel juga untuk menjaga penampilan dalam menyampaikan isi acara. Saya juga tahu bahwa tim atau kru pendukung program tersebut jumlahnya sangat banyak agar bisa membawa peralatan dan perbekalan yang mencukupi pula. Istilahnya, ada porter pengangkut barang yang bertugas menjamin keselamatan dan perbekalan. Sekedar informasi saja, jumlah porter yang di sewa oleh rumah produksi yang membuat film "5 Cm" saat take adegan khusus di Gunung Semeru untuk mengangkut alat dan perbekalan tidak kurang dari 220 orang. Bayangkan 220 orang porter!! Sebanyak apa yang mereka harus bawa tentu bisa kita bayangkan.

Kembali ke program televisi, saya mengerti akan sangat memakan durasi jika harus menerangkan secara detail tentang peralatan-peralatan yang di gunakan dalam melakukan kegiatan alam bebas. Tapi setidaknya jika  ada suatu scene yang secara sekilas khusus menyorot banyaknya alat dan perbekalan yang di bawa dan di gunakan untuk mendukung acara tersebut tentunya bukanlah hal yang sulit. Ingat, jam tayang program petualangan itu adalah jam dimana pemirsanya kebanyakan ABG dan usia produktif yang sangat mudah terbawa dan mengikuti ajakan dari program tersebut.
Dengan melihat scene yang saya maksud dalam saran saya tadi sedikit banyak akan menanamkan pikiran tersendiri pada diri mereka (pemirsanya) bahwa untuk berpetualang di alam bebas memerlukan alat dan perbekalan yang memadai dan mencukupi. Mereka akan berpikir, yang sudah kawakan saja peralatannya begitu lengkap. Mereka akan berpikir berpetualang di alam bebas tidak cukup hanya modal nekat dan semangat.
Saya menginginkan para pihak yang berkepentingan (televisi,film,koran dll) agar memberikan edukasi secara penuh, karena tanggung jawab kalian para pihak adalah mutlak terhadap fenomena meningkatnya kegiatan alam bebas dan rendahnya tingkat keselamatan para penggiatnya.
Semoga ke depannya setiap acara, tulisan atau tayangan yang membahas kegiatan alam bebas formatnya bisa seperti yang saya bahas di atas. Karena tingginya minat generasi muda terhadap kegiatan alam bebas adalah suatu hal yang bagus dan positif. Tinggal bagaimana cara pengemasan yang baik dan benar untuk di tiru, sebab, generasi muda itu, nubie adventurer itu, memulai dengan cara melihat dan meniru.

(#Bogor, 9 : 50 pm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar