Jumat, 10 Juni 2016

Adakah Kaitan Meningkatnya Aktivitas Gunung Api Pasca Terjadi Gempa

Kaldera Aktif Gunung Raung

Seringkali terjadi peningkatan status pada gunung api aktif pasca terjadinya sebuah gempa. Umumnya fenomena ini banyak ditemui di wilayah-wilayah dimana terdapat formasi sabuk gunung api, seperti dinegara kita Indonesia.

Lalu apa hubungan antara gempa yang terjadi dengan aktivitas gunung api aktif?

Untuk menjawabnya, tentu kita harus mempelajari  dan memahami kondisi tektonik regional  serta konsep hubungan stres-strain pasca gempa bumi hingga terbentuknya tekanan di dapur magma.

Jika contohnya di Indonesia, meningkatnya aktivitas gunung api aktif nyaris selalu di pengaruhi gempa tektonik. Indonesia dikenal memiliki rangkaian gunung api aktif  yang membentuk formasi seperti sabuk dari Sabang sampai Merauke. Populer juga dengan sebutan "Ring Of Fire".

Sebagai contohnya adalah Gunung Kerinci. Kerinci terletak di zona Cesar Sumatera dan dekat dengan zona subduksi lempeng. Karena terletak di zona tektonik aktif, maka secara geologis, terbentuknya Gunung Kerinci tidak lepas dari proses tektonovolkanik di zona ini.

Akibatnya adalah kondisi fisiografi, seismisitas dan vulkanisme didaerah sekitar Gunung Kerinci sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan Lempeng Indo Australia dengan Lempeng Eurasia.
Kondisi seperti ini menjadikan zona barat Sumatera sebagai salah satu kawasan dengan tingkat aktivitas kegempaan  dan gunung api yang tinggi di Indonesia. Jika aktivitas gunung api sebagai bagian dari rangkaian aktivitas subduksi lempeng, maka meningkatnya aktivitas Gunung Kerinci tidak bisa lepas dari aktivitas seismik dan dinamika tektonik regionalnya.

Jika kita amati lebih seksama peta sebaran gunung api di Indonesia, khususnya jalur Sumatera, tampak bahwa seluruh jalur gunung api letaknya berdampingan dengan jalur gempa bumi. Pada banyak kasus erupsi gunung api aktif di dunia menunjukkan bahwa pasca gempa bumi berintensitas kuat memang banyak terjadi erupsi gunung api.

Berdasarkan penelitian Eggert dan Walter dalam mempelajari hubungan antara aktivitas gempa bumi dan erupsi gunung api aktif menghasilkan kesimpulan bahwa aktivitas erupsi gunung api lebih sering terjadi pada gunung api yang terletak di zona seismik aktif. Secara tektonovolkanik, gempa bumi kuat memang dapat mengaktifkan erupsi gunung api.

Aktifnya gunung api aktif berkaitan dengan dinamika tektonik disekitar kantung magma. Dalam hal ini peristiwa gempa bumi besar dapat memicu aliran magma ke dalam kantung magma.

Akumulasi tegangan litosfir yang berlangsung disekitar gunung api juga dapat memicu erupsi gunung api. Dalam hal ini stres-strain akibat gempa bumi kuat mampu menekan kumpulan magma.

Aktifnya gunung api dapat dimulai ketika berlangsung induksi perambatan stres-strain saat terjadi gempa bumi. Dalam hal ini gempa bumi kuat yang terjadi dekat gunung api dapat memicu naiknya magma dari dalam bumi ke kantung magma.

Teori lainnya menjelaskan bahwa aktivitas gempa bumi dekat gunung api aktif mampu mengubah tekanan gas dapur magma. Fenomena ini dapat dianalogikan seperti sebuah botol minuman soda yang dikocok hingga timbul gelembung-gelembung gas yang kemudian bergerak naik, selanjutnya menekan dan melepaskan  sumbatan hingga terjadi letupan keras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar