Sabtu, 24 Oktober 2015

Green Canyon...Sebuah Maha Karya

Green Canyon, entah siapa dulu yang pertama kali menjuluki dengan sebutan itu, merupakan salah satu lokasi wisata yang sangat saya rekomendasikan. Terletak hampir di ujung selatan provinsi Jawa Barat, Green Canyon masuk ke dalam wilayah kabupaten Pangandaran. Tepatnya di desa Kertayasa, 30 menit ke arah barat dari pantai Pangandaran. Dari sini ke Cilacap Jawa Tengah tinggal 2,5 jam lagi.

Perjalanan saya mulai dari Bogor, hari Jumat 13 Maret 2015. Pukul 22.15 saya sudah standby di meeting point, di depan Gramedia Pajajaran. Waktu saya tiba, disana sudah menunggu Liza dan Bengbeng, 2 rekan yang akan ikut dalam perjalanan ini. Sambil menunggu Risky, Coro dan Sena (adik Risky), kami pun bertukar cerita tentang pengalaman masing-masing dalam berpetualang. Cukup lama kami menunggu sebelum akhirnya Risky datang pukul 22.50. Sesuai perjanjian sebelumnya, mulai dari Bogor saya lah yang harus mengemudikan mobil yang di bawa Risky. Maklum, walau si empunya, Risky belum berpengalaman dan berani membawa mobil untuk perjalanan jarak jauh. Singkat cerita, saya langsung tancap gas. Saya putuskan untuk melewati jalur konvensional saja menuju Bandung via puncak. Kami sempat berhenti di Ciawi untuk menjemput Dinari, anggota tim yang ke tujuh. Perjalanan kami relatif lancar, di tambah Doyok---nama mobil nya Risky---juga nyaman dikendarai. Doyok, mobil kijang kotak tipe lama, tapi performance dan powernya masih oke banget. Salut nih sama yang punya dalam hal perawatannya.

Berhubung belum pada makan, dan sesuai request dari Coro, kami berhenti makan di warung sate H.Kadir, di Cisarua. 2 porsi sate dan 1 mangkuk sop kambing kami makan beramai-ramai. Tak butuh waktu lama bagi kami, dalam sekejap makanan di atas meja habis kami santap. Sambil nunggu nasi turun, kami membahas strategi anggaran trip---bahasanya...hehe. Di luar biaya paket body rafting, kami sepakat urunan Rp.100.000/orang sebagai kas awal perjalanan. Uang kas ini yang akan kami pakai untuk makan, bensin dan kebutuhan lain. Liza kami tunjuk sebagai bendaharanya. Total terkumpul 700 ribu. Setelah membayar makan malam kami yang bernilai 140 ribu rupiah, pukul 24.00 kami pun melanjutkan perjalanan.

Kurang lebih pukul 2.15 saya memutuskan untuk mengisi bensin di daerah pinggiran Bandung. Bensin saya isi 150 ribu. Untuk menyingkat waktu menuju Cileunyi saya pun masuk tol Purbaleunyi. 8 ribu rupiah tarif tol dari Cimahi ke Cileunyi. Pukul 2.50 selepas keluar tol Cileunyi, mobil kembali saya tepikan di awal ruas jalan menuju Nagreg. Risky turun untuk membeli tahu Sumedang. Pukul 3.00 kami melanjutkan perjalanan. Jalanan relatif lancar, hanya sesekali tersendat oleh truk-truk besar yang berjalan lambat meniti tanjakan jalur Nagreg. Cileunyi-Nagreg-Malangbong-Ciawi Tasikmalaya-Gentong-Ciamis...kurang lebih itu jalur yang saya ingat sebelum mobil saya tepikan lagi pukul 4.30 di sebuah mesjid besar di awal kota Ciamis. Kami turun untuk melaksanakan shalat subuh. Sambil beristirahat, saya bertanya kepada tukang parkir tentang masih berapa jauh lokasi Green Canyon. Bapak itu bilang sekitar 3,5 jam lagi. Terus terang saya tidak begitu saja percaya, masa iya masih sejauh itu, dalam perkiraan saya paling-paling tinggal 2 jam lagi. Pukul 5.30 kami lanjutkan perjalanan menuju Ciamis lalu Banjar Patroman. Kami sempat sedikit berputar-putar bingung arah menuju Pangandaran di kota Banjar. Akhirnya pukul 7.00 kami tiba di daerah Tanjung Sukur, Banjar. Kembali kami bertanya arah untuk menuju Pangandaran pada penduduk setempat. Menurut penduduk yang kami tanya masih jauh, masih 2,5 jam lagi. Waduh!...masih jauh rupanya, sedangkan mata saya sudah mulai lelah dan ngantuk. Untuk meyakinkan diri, saya telpon kenalan saya di Green Canyon untuk mendapatkan keterangan lain. Ternyata jawaban kenalan saya 11-12 dengan keterangan penduduk tersebut. Kami masih harus menempuh jarak 80-an kilometer untuk sampai Pangandaran.

Pukul 8.10 saya kembali mengisi bensin sebanyak 100 ribu rupiah di daerah Banjarsari. Dari sini jalanan mulai banyak berlubang dan makin parah kondisinya. Jalanan yang rusak berat memaksa saya untuk ekstra hati2.  Sementara teman-teman yang lain masih enak tidur. Sampai satu jam ke depan jalanan rusak jadi menu yang harus saya hadapi sebagai driver. Pukul 9.10 saya menepikan mobil di sebuah warung kecil. It's time to breakfast, perut sudah dangdutan. Telor ceplok setengah mateng, sayur asam dan segelas kopi liong jadi pengisi perut saya pagi itu. Pemilik warung bilang, Pangandaran tinggal 15 menit lagi, tetapi Green Canyon masih 45-60 menit lagi. Saya hanya bisa menghela nafas panjang demi mendengar keterangan itu. Setelah membayar 135 ribu (mahal banget boo!) Untuk sarapan yang menurut saya seharusnya hanya sekitar 70 ribuan saja untuk kami bertujuh. Tapi tak apalah, rejeki nya si pemilik warung. Pukul 9.55 kami lanjutkan perjalanan. Dan sesuai keterangan dari pemilik warung tadi, Alhamdulillah pukul 10.15 kami tiba di Pangandaran. Dari situ saya belok ke arah barat menuju arah bandara Nusawiru. Jalanan yang mulus membuat saya tergoda untuk memacu mobil dengan cepat alias ngebut. Alhamdulillah 30 menit dari Pangandaran, atau pukul 10.45 kami tiba di tujuan, obyek wisata Green Canyon.

Parkiran utama Green Canyon terletak di kiri dan kanan jalan utama Desa Kertayasa. Sebelah kiri umumnya di gunakan untuk parkiran motor, di sebelah kanan untuk mobil dan bus. Kantor-kantor jasa Body Rafting dll terletak di sebelah kanan. Begitu masuk parkiran, mobil kami di hampiri calo-calo jasa rafting. Tapi sesuai pesan dari kenalan saya, suruh menyebutkan saja bahwa kami sudah booking melalui dia, dan benar saja, calo tersebut justru malah berbalik menunjukkan kantor tempat kenalan saya itu. Sekedar info saja, disini walau tampangnya sangar tapi calonya ramah-ramah banget, friendly dan tutur bahasa Sundanya bagus (halus). First impress yang bikin saya jadi nyaman di bawah terik matahari. Ternyata bukan cuma calo yang ramah, tukang parkir dan petugas-petugas Dishub yang mengelola parkir juga sama. Pantas saja Green Canyon ramai pengunjung. Saya pikir keramahan level dulur hanya bisa saya dapatkan di hotel atau daerah-daerah pelosok Jateng / Jatim. Setelah mobil saya parkir, kami beranjak menuju sekretariat body rafting Guha Bau, menemui kang Ridwan / kang Jo kenalan saya. Saya sempat mikir panjang, kenapa namanya Guha Bau ya? Apa ga ada nama lain? Jauh banget dari kesan sebagai travelling organizer. Selain itu, secara umum artinya kan "Gua yg bau". Dan nanti pertanyaan saya itu akan terjawab.
Kang Jo mempersilakan kami istirahat di belakang sebuah warung makan di samping kantornya. Segera saja saya rebahkan badan di bangunan panggung itu, maklum saya belum tidur dari kemarin. Karena kami tiba sudah terlalu siang, akhirnya saya berinisiatif minta kang Jo untuk menyiapkan keperluan body rafting kami untuk berangkat jam 11.00. Kami diberi waktu 30 menit untuk bersiap dan berganti pakaian. Sambil bersiap kami juga di beri form isian data untuk administrasi. Setelah membayar biaya untuk paket body rafting kami di briefing oleh kang Jo tentang tata cara dan kondisi alam Green Canyon. Setelah briefing selesai kami di persilakan memilih Life jacket, sepatu, helm dan pelindung tubuh untuk kami gunakan. Dan lagi-lagi saya kagum dengan cara pelayanan para guide nya. Untuk memakai life jacket yang mudah saja mereka yg bantu mengikat dan memasang, high service deh. Biasanya hari gini banyak guide yang ramah cuma ke cewe aja, tapi ini ga di beda-bedakan. Selesai memakai seluruh peralatan, kami di persilakan naik ke mobil bak terbuka untuk menuju spot awal yang letaknya kurang lebih 30 menit perjalanan. Sebelum berangkat kami dipersilakan untuk membawa kamera ataupun HP berkamera untuk mengambil gambar-gambar. Pihak EO menyediakan drybag untuk safety gadget-gadget yang kita bawa. Tapi saya sarankan agar gadget-gadget kita di lapisi lagi dengan plastik tipe HDPE. Lebih bagus lagi bawa pocket kamera yang waterproof, dan jangan membawa kamera DSLR kecuali siap dengan resiko rusak, sebab selain 90% kegiatannya dalam air juga di beberapa spot kita harus melompat dari tebing-tebing.

Cuaca Sabtu itu panas menyengat, untung saya prepare menggunakan baselayer tangan panjang, aman deh. Lintasan jalan menuju spot awal berupa jalan desa yang kecil dari pecahan-pecahan batu karst / kapur, menanjak terus. Kiri kanan jalan adalah hutan rakyat (produktif) dan juga liar---disini masih ramai kegiatan masyarakat berburu babi hutan dengan anjing-anjing pemburu. Kami bertujuh didampingi 2 orang guide dan 1 orang supir. Dari mereka kami memperoleh keterangan bahwa obyek wisata Green Canyon mulai di populerkan sejak tahun 2011. Di temukan dan mulai di kelola sejak tahun 2009. Para guide body rafting ini adalah warga desa Kertayasa yang sudah di latih oleh para ahli dan instruktur kegiatan rafting, renang dan SAR air. Setiap guide betul-betul mengenal setiap detail lintasan body rafting di lokasi Green Canyon---salut, high safety. Sampai saat ini terdapat 5 EO selain Guha Bau yang aktif disana. Seluruhnya berada di bawah manajemen BUMDES Kertayasa (Badan Usaha Milik Desa) yang di support oleh PNPM mandiri. Kegiatan body rafting ini libur setiap hari Jumat. Hari libur tersebut di pergunakan para guide dan pemilik EO untuk merawat dan membersihkan lintasan body rafting. Karena asyik ngobrol tak terasa mobil telah sampai di spot awal kami. Info lagi nih, setiap EO memiliki spot awal yang berbeda dan masing-masing. Turun dari mobil, kami di beri minum air mineral oleh guide, lalu kami mulai berjalan turun, menelusuri lintasan tangga yang cukup curam dan panjang---serasa turun gunung, dengkul leklok. Terdengar teriakan-teriakan di bawah lembah dari para peserta yang sudah mulai lebih dulu. 15-20 menit kemudian kami tiba di spot awal, sebuah dataran sempit di pinggir sungai dengan batuan agak tajam dan licin, harap berhati-hati ya. Berjalan ke arah kiri mulai tercium bau yang sangat tidak sedap, asli bikin pengen jackpot, amoniak yang menusuk. Ternyata bau itu datang dari sebuah gua yang di penuhi kotoran kelelawar. Mulut gua nya sendiri menghadap ke arah sungai. Lebarnya sekitar 20-25 meter, tingginya kira-kira 20 meter, dalamnya saya ga tau...yang jelas dari penglihatan, gua itu sangat luas di bagian dalam. Itulah jawaban dari pertanyaan saya kenapa EO kami namanya Guha Bau, ternyata memang benar berasal dari arti gua yang bau. Walaupun baunya setengah hidup, tetap tidak mengurangi sifat gila foto kami...hehe. Ketinggian dataran tempat kami berdiri dengan permukaan sungai kira2 3 meter. Dan rupanya dataran ini jadi tempat start, yap, kami harus memulai kegiatan dengan melompat ke dalam sungai dari ketinggian 3 meter....seruuu...tidak bisa tidak, HARUS lompat. 15 menit selanjutnya kami menelusuri pinggiran sungai dengan berpegangan pada batu-batu. Terkadang kami harus naik semi climbing ke dinding-dinding tebing untuk menghindari jeram yang berbahaya. Dinding tebing karst di kiri dan kanan menjulang 30-50 meter mengapit sungai selebar 5-10 meter. Setelah 30-40 menit kami tiba di area lompat yang kedua, tebing setinggi 7 meter, untuk yang kurang berani maju sedikit turun ke tebing yang tingginya 5 meter, hehe (saya pikir ada opsi ga lompat, maklum rada jiper juga ngeliat tinggi lompatannya, di tambah saya nyetir dan belum tidur lho dari kemarin) ...intinya tetep harus lompat...tinggal pilih aja. Dan dengan berat hati, setelah menjepit hidung dengan jari saya pun melompat....yiihhaaa....byyuur....mantab. Kami lanjutkan berenang dengan terus memperhatikan instruksi dan perintah para guide. Sebenarnya banyak sekali model lintasan dan jeram yang kami lewati, tapi di tulisan ini saya hanya akan bahas jeram dan lintasan yg bikin adrenalin naik. 1 jam kemudian kami tiba di jeram ganas yang pertama, menurut guide, jika di buat level, maka jeram di hadapan kami ini level 3 rafting. Panjang lintasannya kira-kira 8-10 meter. Air nya bergolak, tapi saya yakin dengan guide bahwa ini aman. Setelah guide pertama terjun lebih dulu dan memasang webbing sebagai pengaman di sebrang, saya pun melompat---cara melompat ataupun meluncur di jeram-jeram Green Canyon adalah dengan posisi semi jongkok, kaki agak ke depan seperti posisi nyetir mobil dan punggung agak mundur ke belakang, setelah badan masuk ke air maka posisikan badan lurus telentang dengan kaki di angkat lurus ke depan. Agak horor sih, tapi gaya seperti itu yang paling aman, paling cuma kesedak air sungai aja resikonya.---badan saya timbul tenggelam di lintasan jeram itu. Air sungai mah bonus deh yang ke minum. Setelah saya, teman-teman yang lain satu persatu nyusul.

30 menit kemudian kami tiba di rest area, sebuah delta batu yang luas. Disana beristirahat pula rombongan-rombongan yang lain. Ternyata ada penjual kopi dan mie di situ...geleng-geleng kepala saya, gimana caranya ini pedagang bisa sampai disini, sebab melihat sekeliling, bisa dibilang ga ada akses jalan. Terus terang, kami semua lapar dan kedinginan, tapi tidak ada di antara kami yang mengantongi uang. Sebab kami pikir untuk apa bawa uang, kan mau basah-basahan. Saat kami bingung dan menelan ludah, guide kami bilang, pedagang disitu memang bertransaksi dengan model invoice alias pembeli bisa bayar belakangan nanti di basecamp---weh...canggih juga nih...hahaha...inovatif banget cara dagangnya. Akhirnya kami beli pop mie dan kopi untuk menghibur cacing di perut. Oh iya, jangan takut di getok harga disini, walau sistemnya invoice tapi harga-harganya boleh di bilang normal lah. Contoh untuk 1 gelas popmie di bandrol 10ribu rupiah saja dan kopi sekitar 3-4ribu sebambu, iya sebab gelasnya dari bambu, natural banget ya.

Selesai ngisi perut, guide kami bicara, siapa yang takut melintas jeram lagi dipersilakan melipir pinggiran sungai sebelah kanan, bagi yang berani silakan menyeberang ke bagian kiri untuk berhadapan dengan Jeram Setan. Jeram Setan ini jeram yang lintasannya terpanjang di Green Canyon, kira-kira 25-30 meter. Menurut guide, tingkat kesulitannya dua kali lebih berat dari jeram ganas yang pertama. Untuk meyakinkan diri, saya hanya bertanya "Aman kan?"...guide menjawab "Aman!". Setelah dapat jawaban saya menawarkan diri untuk jadi pelintas Jeram Setan yang pertama---sok berani...hihi...padahal dalam hati mah jangan di tanya tegangnya kaya apa. Saya melompat dan berenang menyebrang lalu melipir tebing sebelah kiri, di depan Jeram Setan, guide menyuruh saya memposisikan diri berdiri di depannya. Lalu saya di suruh meluruskan kaki ke depan, rebah. Guide memegang life jacket saya di bagian pundak kanan dan kiri, setelah itu guide bertanya "Siap?"..."Siap" jawab saya, berusaha mengalahkan rasa takut. Bersamaan dengan jawaban saya guide melepaskan pegangannya di pundak saya, membiarkan tubuh saya masuk ke dalam pusaran arus yang ga bisa saya bilang kaya apa rasanya, yang jelas antara cemas, panik, tegang, takut dan penasaran campur aduk jadi satu. Sensasinya luar biasa, dan jangan tanya berapa banyak air sungai yang tertelan...blup..blurp...blurp...nikmat. Begitu tiba di spot ujung Jeram Setan spontan saya teriak untuk melepaskan tekanan yang saya rasakan sebelumnya.

Lepas dari Jeram Setan barulah kami masuk ke area yang dinamakan Green Canyon, rupanya area yang kami lintasi sebelumnya itu namanya Guha Bau. Disini barulah saya mengerti kenapa area ini di beri nama Green Canyon, ternyata bukan gaya-gayaan aja, kontur dan view nya benar-benar luar biasa indah dan menakjubkan. Tak henti saya memuji keagungan Allah dengan ciptaanNya ini. Indah sekali.
Di area Green Canyon kami tidak banyak berenang atau melintas jeram lagi, hanya sesekali kami turun melipir dinding tebing. Kami lebih banyak meniti tebing, semi climbing dan melompat dari batu yg satu ke batu lain dengan gemuruh suara jeram di bawah kami. Kami juga melewati Jeram Blender, salah satu spot "death zone" Green Canyon. Berdiri di atas Jeram Blender, saya merinding membayangkan bagaimana seandainya ada yang jatuh kesitu....mungkin tipis harapan untuk selamat. Kami juga melipir melewati pemandian putri yang katanya bikin awet muda sebelum masuk area Jeram Blender. Saat saya asyik dengan lamunan tentang Jeram Blender, guide menyuruh kami bergegas turun ke sisi yang berlawanan, kami pun mengikuti. Turun perlahan-lahan meniti tebing batu kami pun berendam lagi di air...di hadapan kami adalah lintasan yang lagi-lagi bikin jiper, sebuah ceruk nyaris seperti terowongan sepanjang 5-6 meter. Jarak permukaan air dengan atap terowongan hanya 60cm. 8 meter berseberangan dari situ Jeram Blender bergemuruh. Saya ngelus dada, ga ada jalur lain apa ya? Dan akhirnya saya pun memasrahkan diri pada guide, melintas terowongan horor itu. Bagusnya bagian dasar terowongan itu dalam sekali airnya...fiiuuh lega saya. Dari Jeram terowongan perjalanan selanjutnya relatif "ringan", saya lihat Casio saya sudah menunjukkan pukul 15.00. Saat sedang beristirahat, guide kami menunjuk ke arah barat, dia bilang itulah garis  finish body rafting ini. Dia melanjutkan, bagi yg berani, dipersilakan melipir ke kiri sungai untuk naik ke atas tebing untuk mencapai spot lompat terakhir setinggi 8-9 meter, yg ga berani silakan berenang ke arah kanan. Saya angkat bendera putih, badan saya kelewat lelah, daripada harus menguras tenaga lagi lebih baik saya gabung dengan golongan yang "ga berani" seperti Risky dan Sena. Walaupun saya sudah ambil jalur yang aman, tetap saja saya sempat hanyut beberapa meter, beruntung saya di tarik guide kami, sampe-sampe celana quickdry saya melorot...haaddeeuh. Saya dan yang lain istirahat di atas batu sambil menonton teman-teman yang "berani" melompat dari tebing terakhir. Selesai semua lompat kami pun menuju spot parkir perahu yang akan membawa kami kembali ke Basecamp. 10 menit kami naik perahu menuju darmaga parkir untuk berganti perahu yang mesinnya lebih kecil. Di perahu yang lebih kecil ini hanya bisa di isi 5 orang penumpang. Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit kami pun tiba di Basecamp untuk mandi, berganti pakaian dan menyantap makanan yg telah di siapkan pihak EO. Alhamdulillah, body rafting kami berjalan dengan aman dan lancar, walau beberapa dari kami ada yang cedera tapi kondisi terkendali dengan baik. Tepat pukul 17.30 kami pun berpamitan dan memulai perjalanan pulang. Yang lain tidur saya mah tetep aja nyetir.
Green Canyon...salah satu "must visit place" untuk yang hobi petualangan, at least bagi saya. Oh iya, jika menuju kesana di musim kemarau agak kurang seru sebab debit air nya berkurang. Idealnya Maret sampai awal Mei.

Sampai jumpa di petualangan berikutnya....

Rangkuman: 
1. Bensin untuk perjalanan Bogor-Green Canyon PP rp.620.000,-
2. Makan dll rp.50.000,-/org
3. Paket Body Rafting rp.200.000,-/org. Harga paket dihitung minimal 5 orang. Kurang dari 5 orang tetap di hitung paket rp.1000.000,-/paket. Lebih dari 5 orang dihitung per orang rp.200.000,-.
4. Rute menuju kesana dari Bogor :
Bogor-Puncak-Cianjur-Padalarang-Bandung-Cileunyi-Ranca Ekek-Nagreg-Tasikmalaya Ciawi-Malangbong-Gentong-Ciamis-Banjar Patroman-Banjarsari-Pangandaran-Green Canyon.
5. Total waktu tempuh dari Bogor 7-8 jam exclude istirahat.
6. Hari Jumat libur
7. Hari lain buka dari jam 8.00-14.00.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar